Antropologi adalah disiplin ilmu yang berhubungan dengan manusia dan sifat manusia.
Subjek antropologi sangat beragam, mencakup semua aspek utama dari manusia (homo sapiens).
Apa itu Antropologi?
Antropologi (dari bahasa Yunani: ánthrōpos [manusia] + logia [studi]) adalah studi tentang perilaku manusia sepanjang sejarah.
Antropologi modern berasal dari Zaman Pencerahan ketika tujuan untuk memahami sejarah universal umat manusia dianalogikan dengan tujuan akhir pencerahan.
Naskah dari abad-abad sebelumnya dianggap sebagai proto-antropologis yang belum memiliki struktur disiplin formal seperti yang dikenal sekarang.
Dianggap sebagai paduan antara sains dan humaniora, antropologi modern memerlukan pendekatan interdisipliner.
Kondisi ini akhirnya memunculkan banyak spesialisasi dalam bidang ini, termasuk antropologi medis, antropologi biologi, antropologi linguistik, antropologi sosial budaya, antropologi fisik, dan antropologi forensik.
Antropologi mengkaji hubungan antara manusia, lingkungan, masyarakat, dan budaya, dalam upaya untuk mengurangi konflik dan mempromosikan pemahaman budaya.
Apa pun pendekatan, spesialisasi, atau metodenya, tujuan antropologi adalah untuk lebih memahami spektrum utuh pengalaman manusia dan mengungkap kebenaran tentang asal manusia dan ke mana akan menuju.
Daftar Antropolog Terkenal
Orang-orang yang mengkhususkan diri pada antropologi disebut sebagai antropolog.
Hasil karya antropolog banyak membantu dalam memahami asal-usul serta peradaban manusia.
Berikut adalah antropolog terkenal yang telah banyak memberikan kontribusi dalam bidang antropologi:
1. Franz Boas (1858 – 1942)
Franz Boas dihormati sebagai pendiri antropologi modern dan bapak antropologi Amerika yang lahir pada tanggal 9 Juli 1858 di Jerman.
Ia menerima gelar doktor dalam fisika dan post-doktoral di bidang geografi.
Boas dikenal sebagai orang pertama yang menerapkan metode ilmiah dalam mempelajari masyarakat dan kebudayaan manusia.
Dia mempelajari secara ekstensif budaya Indian Kwakiutl. Boas menyatakan bahwa koleksi data dari setiap aspek adalah unsur yang penting untuk memahami suatu budaya masyarakat.
Hasil karyanya yang terkenal termasuk The Mind of Primitive Man (1911), Anthropology and Modern Life (1928), dan Race, Language, and Culture (1940).

2. Edward Sapir (1884-1939)
Edward Sapir adalah seorang antropolog dan ahli bahasa Prusia-Amerika yang secara luas dianggap sebagai salah satu kontributor terpenting bagi perkembangan disiplin linguistik.
Pernah menjadi mahasiswa Boas, Sapir mampu mengembangkan hubungan antara linguistik dan antropologi.
Sapir tertarik pada cara bahasa dan budaya saling mempengaruhi, dan hubungan antara perbedaan linguistik dan perbedaan cara pandang dunia yang dipengaruhi budaya.
Sapir juga menekankan pentingnya psikologi dalam pemikiran antropologis karena memahami sifat hubungan antar individu penting untuk memahami perkembangan budaya.
Salah satu kontribusi utama Sapir untuk linguistik adalah klasifikasi bahasa asli Amerika.
3. Marcel Mauss (1872-1950)
Mauss adalah seorang sosiolog Prancis dan keponakan dari Emile Durkheim, “pendiri sosiologi modern”.
Mauss mengikuti jejak pamannya dan membantunya dalam menyelesaikan proyek-proyek sosiologisnya yang terkenal.
Marcel Mauss terinspirasi oleh gagasan untuk menganalisis agama dari perspektif sosial, yang membuat Mauss menjadi pendukung utama “etnologi sosial.”
Dia paling dikenal karena teorinya tentang pertukaran hadiah (pemberian) di antara berbagai kelompok di seluruh dunia.
Karyanya, “The Gift,” menggambarkan hubungan yang terjalin antara pemberi dan penerima hadiah.
Dia menjelaskan bahwa hadiah lebih dari sekadar objek, namun juga mewakili hubungan moral antara orang per orang.
Hadiah menjadi kewajiban (entah baik atau buruk) dan timbal balik yang mengikutinya berfungsi sebagai dasar hubungan sosial.
4. Margaret Mead (1901 – 1978)
Margaret Mead adalah seorang pelopor antropologi budaya, lahir pada tanggal 16 Desember 1901 di Philadelphia.
Mead banyak memberikan kontribusi dalam memahami konsep-konsep modern tentang budaya barat dan Amerika.
Mead menerbitkan beberapa buku tentang isu-isu kontemporer dan masyarakat primitif. Dia juga seorang pendukung kuat hak-hak perempuan.
Karyanya yang paling terkenal adalah Coming of Age in Samoa (1928), Growing Up in New Guinea (1930), Sex and Temperament in Three Primitive Societies (1935), dan Blackberry Winter: My Earlier Years (1972).

5. Ruth Benedict (1877 – 1948)
Ruth Benedict adalah seorang antropolog budaya terkenal dari Amerika Serikat.
Antropolog ini lahir pada tanggal 5 Juni 1877 di New York City.
Dia adalah seorang murid Franz Boas, orang yang mempengaruhi ideologinya dalam melakukan pekerjaannya.
Karya Benedict paling terkenal adalah Patterns of Culture (1934) dimana dia menyatakan bahwa setiap kebudayaan berasal dari potensi manusia selama periode waktu tertentu.
Dia dikenang sebagai salah satu pelopor penerapan antropologi dalam mempelajari aspek masyarakat maju.
Karya penting lainnya termasuk Zuni Mithology (1935), Race: Science and Politics (1940), dan The Chrysanthemum and the Sword: Patterns of Japanese Culture (1946).
6. Ralph Linton (1893 – 1953)
Ralph Linton merupakan salah satu antropolog budaya terkenal. Linton lahir pada tanggal 27 Februari 1893 di Philadelphia.
Dia memulai karirnya sebagai seorang arkeolog dan melakukan penelitian yang luas terhadap etnografi berbagai daerah, termasuk Madagaskar.
The Tanala, a Hill Tribe of Madagascar diterbitkan Linton pada tahun 1933 setelah dia menerima gelar doktor.
Dia menguraikan perbedaan antara status dan peran yang merupakan salah satu penunjuk utama dalam antropologi.
Karya Linton yang paling terkenal termasuk The Study of Man (1936) dan The Tree of Culture (1955).
7. Claude Lévi-Strauss (1908-2009)
Lahir pada tanggal 28 November 1908 di Paris, Claude Lévi-Strauss belajar tentang hukum dan filsafat.
Meskipun ia melanjutkan studi lebih lanjut dalam bidang filsafat, antropologi struktural menjadi minat utamanya.
Karya besarnya meliputi Structural Anthropology (1958), Totemism (1962), The Raw and the Cooked (1969), dan The Savage Mind (1972).
Levi-Strauss mengembangkan teori berlawanan biner, misalnya, baik vs buruk, mentah vs matang, dan lainnya.
Claude Lévi-Strauss menyatakan bahwa budaya adalah sistem komunikasi dalam masyarakat.
Dia menafsirkan budaya manusia atas dasar teori linguistik, informasi, dan cybernetics.
8. Eric Wolf (1923-1999)
Wolf dipengaruhi oleh cita-cita Marxis. Dia dikirim untuk mengumpulkan data di daerah pedesaan Puerto Rico.
Penelitian lanjutan kemudian membawanya ke Meksiko dan Eropa, di mana dia mengamati masyarakat petani.
Wolf berpendapat bahwa budaya perlu dipelajari dari perspektif global dan juga menekankan bahwa budaya, termasuk orang-orang non-Barat, bersifat dinamis.
Dalam bukunya, “Europe and the People Without History,” Wolf berteori bahwa ketika masyarakat Eropa tumbuh, mempengaruhi penduduk asli di banyak wilayah seperti Afrika dan Amerika, perilaku dan praktik komunitas pribumi juga berubah.
Dia berargumen bahwa ketika negara-negara kuat (kapitalistik) berekspansi ke tanah-tanah baru, ekspansi itu pasti menimbulkan reaksi di dalam penduduk asli dan akhirnya mengubah kebiasaan dan cara mereka berhubungan satu sama lain.
9. Clifford Geertz (1926-2006)
Clifford Geertz adalah seorang antropolog Amerika yang mendapatkan ketenaran untuk karyanya pada antropologi simbolis (atau interpretatif).
Fokus uniknya adalah untuk menganalisis tidak hanya bentuk benda budaya, tetapi apa arti benda-benda tersebut bagi kelompok orang tertentu.
Pekerjaan lapangan Geertz mengarah pada teorinya bahwa “hal-hal” dalam suatu budaya dapat memiliki makna simbolis yang penting dan membantu membentuk perspektif tentang dunia sekitarnya.
Hal ini dapat dilihat dalam esainya yang sering dikutip “Deep Play: Notes on the Balinese Cockfight” di mana Geertz menggambarkan makna simbolis yang rumit dari adu ayam di Bali, bagaimana adu ayam mewakili ide-ide budaya maskulinitas dan bahkan bagaimana kebiasaan ini menciptakan semacam representasi mikrokosmik masyarakat setempat.
Clifford Geertz menjadi pelopor dalam penggunaan “thick description” untuk menjelaskan metode penelitiannya, yang bertujuan untuk menggambarkan tindakan dan subjek sambil mengenali konteks dan maknanya yang lebih dalam.
Karyanya “The Interpretation of Culture” masih menjadi sumber utama pemikiran dan pengajaran antropologi hingga saat ini.[]