Little Boy adalah nama bom atom yang diledakkan di atas kota Hiroshima, Jepang, pada 6 Agustus 1945.
Bom ini merupakan senjata nuklir pertama yang digunakan dalam masa perang.
Pemboman Hiroshima diikuti tiga hari kemudian oleh pemboman Nagasaki, yang memaksa Jepang menyerah dan mengakhiri Perang Dunia II.
Pemboman Hiroshima dan Nagasaki menjadi topik kontroversi karena sebagian orang merasa hal tersebut tidak diperlukan sedangkan yang lain mendukung penggunaannya.
Asal Nama Little Boy
Fisikawan Robert Serber menamai dua desain bom atom pertama selama Perang Dunia II berdasarkan bentuknya: Thin Man dan Fat Man.
The “Thin Man” adalah bom dengan desain yang panjang dan ramping.
Nama ini berasal dari novel detektif Dashiell Hammett dan serangkaian film tentang The Thin Man.
The “Fat Man” merupakan jenis bom yang berbentuk bulat dan gemuk sehingga dinamai sesuai Kasper Gutman, karakter gemuk dalam novel Hammett tahun 1930, The Maltese Falcon.
Thin Man kemudian juga disebut sebagai Little Boy yang didasarkan pada bentuk desainnya.
Proyek Manhattan
Seperti Fat Man, bom yang dijatuhkan di Nagasaki, Little Boy dikembangkan melalui Proyek Manhattan, proyek rahasia selama Perang Dunia II yang didedikasikan untuk menemukan rahasia bom atom sebelum Jerman melakukannya.
Little Boy merupakan sebuah bom uranium dan menjadi ledakan nuklir buatan manusia kedua dalam sejarah.
Para ilmuwan mengembangkan teknologi untuk senjata atom dalam naungan proyek sangat rahasia dengan kode “Proyek Manhattan.”
Kolonel Angkatan Darat AS, Leslie R. Groves, mengawasi partisipasi militer, sementara ilmuwan sipil Robert Oppenheimer bertanggung jawab atas tim yang merancang detail inti Little Boy.
Fasilitas untuk penelitian didirikan di Manhattan, Washington State, Tennessee, dan New Mexico.
Para ilmuwan pada proyek ini melanjutkan pekerjaan sebelumnya yang dilakukan oleh fisikawan Enrico Fermi dan Leo Szilard.
Kedua ilmuwan tersebut menerima dana dari Pemerintah AS pada akhir tahun 1930-an untuk mempelajari uranium yang diperkaya dalam reaksi berantai nuklir.
Uranium-235 yang diperkaya adalah elemen penting dalam menciptakan reaksi fisi eksplosif dalam bom nuklir.
Tim Proyek Manhattan akhirnya menyetujui dua desain berbeda untuk bom atom.
Pada Little Boy, senjata atom pertama, reaksi fisi terjadi ketika dua massa uranium bertabrakan menggunakan perangkat seperti pistol untuk membentuk massa kritis yang memulai reaksi.
Sementara konsep ini tidak sepenuhnya diuji sampai bom yang sebenarnya dijatuhkan di Hiroshima, para ilmuwan melakukan tes laboratorium dalam skala kecil yang sukses sehingga memberi mereka keyakinan bahwa metode tersebut akan berhasil.
Setelah menyelesaikan semua persiapan, konstruksi akhir Little Boy dilakukan secara bertahap.
Berbagai komponen bom diangkut dengan kereta api dari Los Alamos, New Mexico, hingga San Francisco, California.
Di sana, kapal penjelajah USS Indianapolis mengirimkan komponen tersebut ke Pulau Tinian di Samudra Pasifik selatan Jepang, dan tiba pada 26 Juli 1945.
Untuk mencegah kecelakaan yang memicu bencana, uranium yang sudah diperkaya terbang secara terpisah di atas tiga pesawat angkut C-54 Skymaster ke Pulau Tinian, yang juga tiba pada 26 Juli 1945.
Setelah perakitan akhir, Little Boy memiliki berat 9.700 pon (4.400 kg) dan berukuran panjang 10 kaki (3 meter) serta diameter 28 inci (71 cm).
Setelah di Tinian, perwira yang bertanggung jawab atas perakitan Little Boy, Kapten Angkatan Laut AS, William S. Parsons, memutuskan untuk memasang komponen terakhir sampai benar-benar akan digunakan.
Dia melakukan hal tersebut untuk mencegah ledakan yang tidak disengaja yang disebabkan oleh korsleting listrik atau benturan.
Setelah perang berakhir, desain Little Boy yang tidak efisien dianggap tidak diperlukan lagi, sehingga banyak desain dan diagram yang kemudian dihancurkan.
Misi Penjatuhan Bom

Pada dini hari tanggal 6 Agustus 1945, sebuah pesawat pengebom B-29 bernama Enola Gay lepas landas dari Tinian dan bergerak ke utara melalui jalur barat laut menuju Jepang.
Enola Gay merupakan nama julukan pesawat yang diambil dari nama ibu sang pilot.
Target utama pesawat pembom adalah kota Hiroshima, yang terletak di barat daya Pulau Honshu.
Hiroshima memiliki populasi hampir 300.000 dan merupakan pusat militer penting yang mencakup 43.000 tentara.
Sebelum hari-H, dilakukan terlebih dahulu uji coba penjatuhan dengan uji coba pertama dilakukan pada tanggal 23 Juli 1945.
Bom uji coba dijatuhkan di atas laut dekat Tinian untuk menguji altimeter radar.
Dua tes penjatuhan dilakukan lagi pada 24 dan 25 Juli 1945, dan terakhir pada tanggal 31 Juli 1945.
Saat hari-H, pesawat yang dipiloti oleh komandan Grup Komposit 509, Kolonel Paul Tibbets, terbang di ketinggian rendah dengan auto pilot sebelum naik ke ketinggian 31.000 kaki saat mendekati area target.
Sekitar pukul 08:15 waktu Hiroshima, Enola Gay melepaskan “Little Boy” di atas kota. Bom diledakkan menggunakan sistem peledakan gun-type yang pada dasarnya menembak batang uranium untuk memicu reaksi nuklir.
Empat puluh tiga detik kemudian, ledakan besar menerangi langit pagi saat bom meledak 1.900 kaki (580 meter) di atas kota, tepat di atas lapangan tempat tentara Angkatan Darat Kedua Jepang melakukan senam.
Awan gas super panas terbentuk di atas Hiroshima, diikuti oleh gelombang kejut yang amat kuat.
Meskipun sudah terbang sejauh 11,5 mil dari target setelah menjatuhkan muatannya, Enola Gay tetap terguncang oleh ledakan.
Kekuatan ledakan diperkirakan mencapai 15 kiloton (setara dengan 15.000 ton TNT).
Efek Ledakan Little Boy
Little Boy sebenarnya lebih lemah dari Fat Man, dengan kekuatan diperkirakan sekitar 15 kiloton TNT.
Namun demikian, efek kerusakan yang ditimbulkannya lebih dahsyat mengingat Hiroshima berada di dataran yang relatif datar, memungkinkan efek ledakan menyebar secara luas.
Diperkirakan 66.000 orang tewas akibat ledakan langsung. Banyak dari korban terbakar sepenuhnya hingga hanya meninggalkan bekas seperti bayangan pada bangunan dan jalan raya.
Dalam minggu-minggu dan bulan-bulan berikutnya, banyak lagi korban tewas akibat luka-luka karena ledakan dan kebakaran.
Pada akhir tahun 1945, karena efek lanjutan dari radioaktif dan efek samping lainnya, termasuk keracunan radiasi, jumlah korban tewas di Hiroshima kemungkinan mencapai lebih dari 100.000.
Total kematian lima tahun kemudian bahkan mungkin melebihi 200.000, karena kanker dan efek jangka panjang lainnya.
Setelah Masa Perang
Penggunaan senjata nuklir di masa perang belum pernah terjadi sebelum Little Boy meledak di atas Hiroshima dan segera memicu diskusi global.
Banyak orang Amerika memandang pemboman itu sebagai sesutau yang diperlukan untuk mengakhiri konflik dengan Jepang.
Ketika Dr. J. Robert Oppenheimer diberi informasi tentang hasil pengeboman, dia menyatakan kepuasan meskipun tidak diungkapkan secara terang-terangan.
Dia, lebih dari siapa pun, memahami kekuatan senjata yang dia bantu ciptakan dan kehancuran yang bisa dipicunya pada umat manusia.
Namun, melihat dampak bom yang begitu mengerikan, banyak kritik terhadap penggunaan nuklir sebagai senjata.
Banyak orang merasa senjata nuklir begitu dahsyat sehingga tidak boleh digunakan dalam masa perang.
Namun pada kenyataannya, penelitian senjata nuklir terus berlangsung hingga hari ini dengan bom nuklir modern memiliki kekuatan jauh lebih dahsyat dibandingkan Little Boy dan Fat Man.[]