Lidah merupakan indera untuk mendeteksi rasa makanan dan bahan lain sebelum ditelan.
Lidah memiliki organ sensorik yang disebut kuncup pengecap yang berperan mendeteksi rasa.
Tapi, terdapat kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi kemampuan mengecap rasa.
Gangguan rasa bisa diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu parageusia, dysgeusia, ageusia, dan hypogeusia.
Saat lidah tidak bisa mengecap rasa sama sekali, maka kondisi ini disebut sebagai ageusia, sedangkan jika lidah hanya bisa mengecap sedikit rasa kondisi ini disebut hypogeusia.
Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin merasa rasa tidak enak terhadap apapun yang masuk ke mulut. Kondisi ini disebut parageusia.
Sedangkan perubahan pada indera pengecap yang digambarkan sebagai rasa logam, busuk, dan tengik disebut dysgeusia.
Apa itu Dysgeusia?
Dysgeusia digambarkan sebagai kondisi yang ditandai oleh distorsi rasa.
Singkatnya, dysgeusia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami perubahan rasa saat mengecap makanan atau minuman.
Dalam kasus dysgeusia, orang-orang yang mengalaminya menggambarkan rasa makanan berubah menjadi rasa logam, asin, busuk, atau tengik.
Misalnya, makan es krim dapat menghasilkan rasa asin atau logam dalam mulut.
Beberapa orang yang terkena dysgeusia bahkan mengalami perubahan sensasi bau. Hal ini karena sensasi rasa dan bau saling berhubungan.
Tapi yang paling umum dari efek dysgeusia adalah perubahan rasa, terutama rasa logam dalam mulut.
Gejala Dysgeusia
Perubahan indera perasa bahkan saat tidak mengonsumsi apa pun melalui mulut menjadi gejala dysgeusia yang paling umum.
Banyak penderita mengeluhkan rasa logam, rasa pahit, rasa asin, atau rasa manis yang tidak enak.
Gejala tersebut bisa mengganggu kenikmatan saat mengonsumsi semua atau sebagian makanan, tetapi biasanya jarang menyebabkan mual.
Dysgeusia sering menyebabkan keengganan terhadap makanan tertentu.
Gejala Terkait
Selain perubahan indera perasa, dysgeusia juga bisa memicu gejala lain.
Gejala-gejala ini biasanya terkait dengan penyebab dysgeusia dan tidak disebabkan oleh distorsi rasa.
Gejala terkait meliputi:
- Bau mulut
- Hidung tersumbat
- Sakit tenggorokan
- Mual
- Sakit perut
- Sakit kepala
- Kelelahan
- Demam
- Mulut kering
- Rasa sakit atau nyeri di dalam mulut
Mengalami dysgeusia meskipun untuk waktu yang singkat bisa memicu penurunan nafsu makan.
Seseorang bisa saja kehilangan berat badan. Bahkan, bobot ibu hamil yang mengalami dysgeusia seringkali turun beberapa kilogram.
Namun, pada orang yang sehat, nafsu makan akan pulih setelah dysgeusia sembuh.
Ketika disebabkan oleh kondisi jangka panjang, seperti diabetes atau stroke, dysgeusia dapat mengakibatkan malnutrisi.
Penyebab Umum Dysgeusia
Berikut adalah penyebab umum dysgeusia.
1. Kelainan kuncup pengecap
Jumlah yang tidak memadai dari vili mikro dalam sel kuncup pengecap menjadi salah satu alasan dysgeusia.
Selain masalah pada sel pengecap, terdapat faktor lain yang bisa berkontribusi.
Untuk diketahui, indera perasa sebenarnya aktif setiap saat, tetapi lebih sensitif saat makan dan dalam waktu sekitar satu jam setelah makan.
Rasa dimediasi oleh reseptor rasa di mulut yang kemudian mengirim sinyal ke area sensorik otak, sehingga memungkinkan kita mengenali suatu rasa.
Sensasi rasa akan menimbulkan respons positif, negatif, atau netral.
Gangguan pada indera perasa dapat terjadi akibat kerusakan atau gangguan di suatu bagian dari jalur ini.
Cedera traumatis yang memengaruhi mulut atau saraf yang memediasi indera perasa juga dapat menyebabkan dysgeusia.
Cedera bisa terjadi secara tidak disengaja, akibat operasi, atau setelah infeksi parah.
2. Penggunaan obat-obatan
Terdapat berbagai macam obat-obatan yang bisa menyebabkan dysgeusia.
Meski demikian, saat meminum obat yang dapat menyebabkan distorsi rasa sebagai efek samping, hal ini tidak berarti bahwa seseorang akan mengalami dysgeusia.
Selain itu, dysgeusia bisa muncul hanya setelah mengambil beberapa dosis atau mungkin muncul tiba-tiba setelah minum obat selama bertahun-tahun.
Beberapa obat yang bisa memicu dysgeusia meliputi:
- Antidepresan
- Obat tiroid
- Antibiotik
- Antihipertensi
- Relaksan otot
- Obat-obatan kemoterapi
3. Kemoterapi
Kemoterapi sering dikaitkan dengan dysgeusia dan merupakan salah satu penyebab umum untuk kondisi tersebut.
Kemoterapi menyebabkan berbagai gangguan seperti masalah gigi, ulserasi membran mukosa, serta gangguan fungsi kelenjar ludah.
4. Kekurangan seng
Mereka yang memiliki kekurangan seng rentan mengalami dysgeusia.
Meskipun tidak ada bukti konklusif kekurangan seng menyebabkan gangguan rasa, para ahli sepakat bahwa seng berperan dalam pembentukan sel pengecap.
5. Penyakit kronis
Terdapat sejumlah kondisi medis yang mengakibatkan gangguan indera perasa.
Beberapa kondisi medis yang mengganggu sensasi rasa juga mengganggu indera penciuman, dan mungkin sulit untuk membedakan mana indera yang sebenarnya terganggu.
Penyakit umum yang terkait dengan gangguan sensasi rasa meliputi:
- Diabetes mellitus
- Sindrom mulut kering
- Gastric reflux
- Kerusakan otak (khususnya, thalamus dan otak tengah)
- Kerusakan saraf glossopharingeus
- Alzheimer dan penyakit Parkinson
- Multiple sclerosis dan cerebral palsy
- Keracunan timbal
- Infeksi pernapasan serta telinga
- Operasi seperti tonsilektomi
- Paparan pestisida tertentu
- Menopause dan kehamilan
- Penyakit periodontal
- Merokok
Pengobatan Dysgeusia
Perawatan dysgeusia bisa mencakup beberapa pendekatan, dan seseorang mungkin memerlukan kombinasi dari strategi-strategi tersebut.
Jika disebabkan kekurangan nutrisi, maka akar masalah harus diatasi dan diperbaiki.
Begitu pula jika terdapat masalah lain yang mendasari terjadinya dysgeusia, semua penyebab juga harus diatasi.
Berikut adalah beberapa metode perawatan dysgeusia.
Nutrisi
Biasanya, kekurangan vitamin dan mineral dapat diperbaiki dengan suplemen.
Jika mengalami kekurangan nutrisi berat, pasien mungkin memerlukan suplemen khusus yang harus diresepkan oleh dokter.
Mengembalikan Sensasi Rasa
Terdapat beberapa strategi yang bisa digunakan untuk membantu mengurangi perubahan indera perasa.
Sebagian dokter dan dokter gigi menyarankan untuk menggunakan produk air liur buatan.
Selain itu, menjaga kebersihan mulut dengan yang baik, termasuk flossing, menyikat gigi, dan penggunaan obat kumur secara teratur, dapat mengurangi gejala.
Apalagi jika pertumbuhan bakteri mulut adalah penyebab dysgeusia, menjaga kesehatan mulut bisa menyelesaikan masalah secara tuntas.
Diet
Dokter mungkin merekomendasikan modifikasi diet untuk membantu mengurangi rasa tidak enak di mulut atau untuk meringankan kondisi infeksi pencernaan.
Sebagai contoh, sebagian ahli menyarankan makan makanan dengan sedikit bahan agar rasanya tidak tercampur sehingga berpotensi menimbulkan efek yang tidak menyenangkan.
Makanan manis, pengawet, dan makanan berbumbu tinggi dapat meninggalkan residu yang tidak menyenangkan di mulut, jadi sebaiknya hindari produk-produk tersebut.
Sebaliknya, perbanyak konsumsi serat, buah serta sayuran untuk memerangi sembelit.
Saat memiliki intoleransi makanan, bau mulut yang dihasilkan dapat memperburuk dysgeusia.
Pengobatan Masalah yang Mendasari
Beberapa penyebab distorsi rasa, seperti kehamilan dan flu, akan sembuh dengan sendirinya.
Jika kebiasaan merokok adalah penyebab dysgeusia, maka berhenti merokok akan menjadi satu-satunya solusi.
Jika sedang mengonsumsi obat yang menyebabkan dysgeusia, dokter mungkin akan mengubah resep.
Pemicu berupa sembelit bisa dikelola dengan diet dan pelunak feses. Alergi dapat dikelola dengan antihistamin atau steroid.
Kondisi seperti demensia Alzheimer tidak dapat diobati, dan masalah dengan perubahan rasa perlu ditangani dengan baik untuk membantu meningkatkan nafsu makan dan nutrisi.
Perlu pula dicatat bahwa sebagian orang mungkin mengalami dysgeusia tanpa sebab apapun.
Sementara dalam beberapa kasus kondisi ini dapat hilang setelah penyebab diobati, dalam beberapa hal dysgeusia bisa berlangsung permanen.
Segera hubungi dokter saat mengalami gejala dysgeusia untuk mendapatkan diagnosa dan pengobatan yang tepat.[]