Hidroterapi (hydrotherapy), yang sebelumnya dikenal sebagai hidropati (hydropathy), adalah metode pengobatan menggunakan air untuk mengobati penyakit atau meringankan kondisi yang menyakitkan.
Hidroterapi terkait dengan terapi hidrotermal, dimana suhu air yang diubah-ubah digunakan untuk menyembuhkan.
Menggunakan air sebagai terapi bukanlah konsep baru. Metode ini telah digunakan berabad-abad lalu dalam berbagai kebudayaan seperti Cina, Jepang, Mesir, Yunani, dan Romawi.
Misalnya, orang-orang Yunani menjadikan mandi sebagai terapi. Begitu pula bangsawan Mesir yang menambahkan bunga dan minyak atsiri (essential oil) ke dalam air mandi mereka.
Hippocrates, yang dijuluki sebagai bapak kedokteran, menyarankan mandi di mata air untuk meringankan berbagai penyakit.
Pada abad ke-19, Pastor Sebastian Kneipp, seorang biarawan dari Bavaria, merupakan orang yang berjasa menghidupkan kembali terapi air.
Saat ini, terdapat berbagai metode yang digunakan dalam hidroterapi seperti mandi air hangat, mengompres, membilas, menggunakan uap air, sauna, dan sebagainya.
Hidroterapi digunakan untuk mengobati berbagai masalah tulang belakang, ankylosing spondylitis, dan arthritis.
Hidroterapi juga digunakan untuk orang yang menderita kelumpuhan, stroke, dan luka bakar.
Sejarah Hidroterapi
Dari pemandian Romawi hingga mata air mineral panas, berbagai budaya di seluruh dunia menggunakan air selama berabad-abad untuk mengobati berbagai masalah kesehatan.
Pastor Sebastian Kneipp, seorang biarawan Bavaria abad ke-19, secara luas dianggap sebagai bapak hidroterapi modern.
Penggunaan air panas dan dingin secara bergantian oleh Kneipp, yang disebut hidroterapi kontras, masih digunakan sampai sekarang
Selama periode yang sama, Vincent Preissnitz mendirikan klinik hidroterapi pertama di Gräfenberg, Jerman sebagai bagian dari gerakan kembali ke alam (naturalisme).
Segera setelah itu, hidroterapi dan kegilaan naturalisme menyebar ke Amerika Serikat dan seluruh dunia.
Tercatat presiden Amerika Serikat, Franklin Delano Roosevelt, sering berkunjung ke Saratoga Springs, New York untuk melakukan hidroterapi.
Cara Kerja Hidroterapi
Ketika tubuh sedang stres atau sakit, perubahan kimia terjadi yang mengakibatkan denyut nadi dan tekanan darah meningkat.
Telah diamati bahwa hidroterapi mampu meringankan kondisi tersebut dengan mengurangi tingkat stres dan memperbaiki pembengkakan sendi.
Hal ini pada gilirannya membantu individu untuk santai yang selanjutnya membantu mengurangi rasa sakit.
Hidroterapi mengurangi rasa sakit dengan merangsang produksi endorfin, yang merupakan zat kimia saraf yang memiliki sifat analgesik.
Terapi ini juga membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan memperlebar pembuluh darah sehingga lebih banyak oksigen dipasok ke jaringan yang mengalami pembengkakan.
Perbaikan sirkulasi darah juga memperlancar sirkulasi getah bening sehingga membersihkan tubuh dari racun.
Oleh karena itu, orang-orang yang menderita berbagai penyakit seperti rematik, radang sendi, linu panggul, sakit punggung, insomnia, kelelahan, stres, sirkulasi darah yang buruk, nyeri otot, kram, kaku, terapi air (hidroterapi) bisa digunakan untuk meringankan masalah tersebut.
Pada hidroterapi, air panas dan dingin menyebabkan perubahan fisiologis yang bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Prinsip kerja hidroterapi bisa diringkas sebagai berikut:
- Air panas menyebabkan pembuluh darah melebar, mengaktifkan kelenjar keringat, mengendurkan sendi, dan membuang limbah beracun dari jaringan tubuh.
- Air dingin menyebabkan pembuluh darah menyempit, memindahkan aliran darah menjauh dari area yang bermasalah untuk meredakan peradangan.
Membenamkan tubuh ke dalam air dikatakan dapat meredakan nyeri sendi dan cedera otot dengan menangkal gravitasi dan mengurangi tekanan pada sendi atau tubuh secara keseluruhan.
Terdapat berbagai peralatan yang digunakan untuk melakukan terapi hidroterapi, termasuk tangki untuk merendam seluruh tubuh, bak khusus tubuh (body-specific tubs), bak mandi pusaran air (whirlpool baths), serta kompres air dingin dan panas.
Berbagai Jenis Hidrotherapi
Berikut akan diuraikan beberapa metode yang umum digunakan dalam hidroterapi:
1. Mandi berendam
Dalam metode ini, pasien berendam sampai bahu dalam air bersuhu 32-35 derajat Celsius selama sekitar 20 menit.
Air yang digunakan bisa air biasa atau yang sudah diberi minyak aromaterapi, herbal, atau garam.
2. Sitzbath
Sitzbath dikenal pula sebagai ‘mandi pinggul’. Dalam metode ini, pasien duduk di tempat mandi dan berendam dalam air sampai ke pinggul.
Sitzbath bisa menggunakan air dingin atau bergantian antara air panas dan dingin.
Metode hidroterapi ini efektif untuk penyakit yang mempengaruhi perut serta sistem reproduksi, nyeri usus dan ginjal, gangguan menstruasi, wasir, dan kram perut.
3. Pijat air
Metode ini menggunakan semprotan air dari shower yang digunakan untuk memberikan efek pijatan pada berbagai bagian tubuh.
Pijatan dari semprotan air ini memiliki efek yang membuat rileks.
4. Membungkus dengan kain basah
Pasien diminta berbaring kemudian dibungkus dengan kain basah yang selanjutnya ditutupi dengan selimut atau handuk kering.
Lakukan pembungkusan selama sekitar satu jam. Setelah itu, pasien diminta untuk mandi.
Metode hidroterapi digunakan untuk meringankan nyeri otot, gangguan kulit, bronkitis, dan flu.
5. Kompres
Kompres dilakukan dengan meletakkan kain yang sudah dibasahi ke bagian tubuh yang bermasalah.
Air yang digunakan bisa air dingin, air hangat, atau kombinasi keduanya yang digunakan bergantian.
Air dingin menyebabkan pembuluh darah dekat kulit menyempit sehingga mengalihkan darah ke daerah tubuh yang lebih dalam.
Sedangkan kompres air panas merangsang pelebaran pembuluh darah sehingga meningkatkan sirkulasi dan membantu menghilangkan racun dari tubuh.
6. Merendam kaki
Dalam metode ini, kaki direndam hingga sebatas pergelangan kaki.
Air yang digunakan bisa air dingin, air hangat, atau kombinasi keduanya yang digunakan bergantian.
Merendam kaki pada air dingin efektif menghilangkan kelelahan pada kaki, sementara merendam dalam air hangat efektif meringankan kaki yang sakit atau jika kaki terasa dingin.
Sedangkan kombinasi air dingin dan panas baik untuk meningkatkan sirkulasi darah dan meringankan varises.
Bukti Klinis Hidroterapi
Meskipun terdapat berbagai klaim kesehatan hidroterapi tidak didukung dengan bukti kuat, beberapa di antaranya memiliki landasan solid.
Manfaat hidroterapi bisa dikonfirmasi terutama pada kasus seperti radang sendi dan penggunaan hidroterapi dalam konteks terapi olahraga.
Osteoartritis
Dalam penelitian yang diterbitkan di Clinical Rehabilitation pada tahun 2018, para peneliti membandingkan efektivitas sesi latihan akuatik dua kali seminggu dengan group education yang dilakukan sekali seminggu pada orang dengan osteoarthritis lutut.
Setelah delapan minggu, orang-orang yang melakukan latihan air mengalami pengurangan rasa sakit dan mengalami peningkatan fungsi sendi dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukannya.
Menurut ulasan tahun 2016 yang diterbitkan dalam Cochrane Database of Systematic Review, olahraga air dapat meringankan rasa sakit, kecacatan, sekaligus meningkatkan kualitas hidup pada orang dengan osteoartritis lutut atau pinggul.
Artritis reumatoid
Pada orang dengan artritis reumatoid (rheumatoid arthritis), hidroterapi dapat membantu bila dikombinasikan dengan obat, menurut sebuah studi tahun 2017 di International Journal of Rheumatic Diseases.
Pada penelitian ini, setengah dari peserta menerima hidroterapi dengan obat rheumatoid arthritis, sedangkan setengah lainnya hanya diberi obat saja.
Setelah 12 minggu, kelompok yang menerima hidroterapi mengalami peningkatan kadar antioksidan dan penurunan stres oksidatif, menunjukkan bahwa terjadi perlambatan perkembangan penyakit.
Pemulihan Olahraga
Perendaman air dingin dan terapi air kontras (bergantian antara air panas dan dingin) dapat meningkatkan pemulihan setelah olahraga dan aktivitas fisik yang ekstrem.
Menurut penelitian, perendaman air dingin meningkatkan pemulihan pada atlet setelah 24 jam.
Demikian pula, atlet yang menjalani hidroterapi kontras mengalami pemulihan yang lebih baik setelah 48 jam dibandingkan dengan mereka yang tidak.
Namun, kedua metode tercatat tidak meningkatkan persepsi pemulihan di antara para atlet, yang berarti bahwa gejala yang dilaporkan kurang lebih tetap sama.[]