Pada manusia dan hewan berdarah panas, bakteri Escherichia coli (E. coli) berperan penting untuk mengontrol masuknya mikroba dalam tubuh.
Escherichia coli diidentifikasi sebagai flora normal usus.
Terdapat beberapa jenis E. coli, sebagian bermanfaat dan tidak berbahaya bagi manusia, namun jenis yang berbahaya (patogen) juga banyak.
Jenis E. coli patogen banyak ditemukan pada air dan makanan yang terkontaminasi, terutama makanan atau minuman mentah dan yang dimasak tidak terlalu matang.
Infeksi E. coli bisa menyebabkan sakit ringan hingga penyakit yang serius.
Fakta tentang Bakteri E. coli
Berikut adalah beberapa fakta dan informasi menarik tentang E. coli:
1. Meskipun sering disebut sebagai E. coli, nama lengkap dari bakteri ini adalah Escherichia coli.
2. E. coli pertama kali ditemukan pada tahun 1885 oleh dokter anak Jerman-Austria, Theodor Escherich, yang awalnya menamakannya komune Bacterium coli sebelum direklasifikasi pada tahun 1895 dan dinamai sesuai penemunya.
3. Escherichia coli bersama dengan sekelompok bakteri lain secara kolektif disebut sebagai fecal coliform. Terlepas dari namanya, bakteri E. coli ada yang berasal dari feses bisa pula tidak. Oleh karena itu, air yang mengandung E. coli tidak selalu berarti bahwa sumber air tersebut terkontaminasi oleh feses.
4. E. coli masuk dan berkolonisasi di saluran usus bayi dalam waktu 40 jam setelah kelahiran. Jalur masuk E.coli ke dalam usus bayi adalah melalui makanan, air, atau dari orang-orang yang menangani bayi.
5. E. coli yang terdapat pada saluran pencernaan bayi, anak-anak, dan orang dewasa sebagian besar bersifat non-patogen. Mereka bersifat jinak dan tidak berbahaya. Namun, bakteri usus bisa menjadi ganas bila mendapatkan unsur-unsur genetik yang bertanggung jawab menyebabkan infeksi.
6. Pada kasus keracunan makanan, seringnya bakteri E. coli masuk ke dalam tubuh setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi, minum air yang terkontaminasi, atau berenang di kolam renang umum. Penularan bakteri E. coli dari orang yang terinfeksi ke orang lain jarang terjadi. Penularan lebih sering terjadi akibat sanitasi yang buruk.
7. Sama seperti dengan jenis infeksi bakteri lain, setelah masuk ke dalam sistem tubuh, bakteri E. coli patogen akan memproduksi toksin berbahaya dalam jumlah besar. Toksin inilah yang menyebabkan diare berdarah, gangguan pencernaan, sindrom hemolitik-uremik, gagal ginjal, dan komplikasi kesehatan lainnya.
8. E. coli bisa menyebabkan penyakit ringan hingga yang mengancam nyawa, ini bergantung pada lokasi infeksi dan kekuatan populasi bakteri. Infeksi E. coli biasanya dikaitkan dengan keracunan makanan, diare, penyakit saluran kemih, pneumonia, bakteremia, meningitis neonatal, dan cholangitis.
9. E. coli adalah penyebab umum sistitis (cystitis) yang terjadi ketika bakteri memasuki sistem kemih. Sebagian besar infeksi saluran kemih seperti ini sembuh sendiri setelah beberapa hari, tetapi sebagian memerlukan pengobatan dengan antibiotik.
10. Gejala khas E. coli pada infeksi saluran pencernaan adalah diare, kram perut, mual, dan muntah. Gejala yang mirip seperti gangguan pencernaan lainnya membuat pasien tidak merasa terganggu sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosis infeksi E. coli. Infeksi bakteri pada anak-anak dan orang-orang dengan kondisi lemah, akan semakin memburuk kondisi hingga terjadi diare parah dan masalah pada ginjal.
11. Keracunan makanan akibat E. coli bisa terjadi pada orang dari semua kelompok umur. Orang dewasa yang sehat akan pulih setelah sekitar 7 hari. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti anak-anak, orang sakit, dan orang tua dibutuhkan pengobatan untuk infeksi E. coli.
12. Terkadang, ketika seseorang mulai pulih dan diarenya tidak parah, mereka justru mengembangkan HUS (hemolytic uremic syndrome) yang bisa menyebabkan gagal ginjal dan bahkan kematian. Kondisi ini biasanya terjadi sekitar 7 hari setelah tanda-tanda pertama infeksi E.coli muncul. HUS juga disebut sebagai Penyakit Hamburger. Gejalanya meliputi kelelahan, kulit pucat, dan penurunan kuantitas buang air kecil.
13. Intervensi terapi untuk infeksi E. coli adalah dengan pemberian antibiotik secara lengkap. Hingga saat ini belum ada obat yang dapat diandalkan untuk mengobati infeksi bakteri E. coli.
14. Perawatan untuk keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri E. coli bertujuan untuk membuat pasien lebih nyaman dan mencegah dehidrasi (komplikasi akibat diare hebat dan muntah). Orang yang mengalami infeksi E. coli harus minum banyak cairan untuk mengganti cairan yang hilang.
15. Contoh wabah E. coli yang pernah terjadi di Jerman disebabkan karena infeksi oleh STEC (shiga toksin-producing E. coli) dari E. coli O104. Kasus ini menewaskan 17 orang dan lebih dari 1.500 orang mengalami gejala infeksi parah sehingga harus menjalani intervensi terapi yang serius.
16. Ada tiga E. coli yang memproduksi toksin yang lebih beracun, salah satunya adalah E. coli O157: H7. E. coli jenis ini ditemukan dalam kotoran unggas, babi, rusa, dan ternak. Ini menjelaskan sebab terdapatnya E. coli patogen pada pupuk kompos yang terbuat dari kotoran ternak. Jadi, mengonsumsi buah-buahan dan sayuran mentah akan meningkatkan kemungkinan terinfeksi bakteri E. coli.
17. Berikut adalah urutan sumber yang menjadi asal infeksi E. coli: makanan (69%), air (18%), hewan atau lingkungan (8%) dan kontak orang ke orang (6%).
18. Diagnosa infeksi E. coli dilakukan dengan mengambil sampel tinja untuk kemudian dianalisis di laboratorium.
19. Cara terbaik untuk mencegah penyebaran infeksi E. coli adalah dengan mempraktikkan kebersihan pribadi yang baik. Cuci dan keringkan tangan secara menyeluruh setelah pergi ke toilet, setelah menyiapkan makanan atau setelah menyentuh hewan.
20. Cara lain menghindari infeksi E. Coli adalah dengan memasak makanan hingga matang, menghindari makanan matang yang berpotensi terkontaminasi, dan selalu mencuci salad, buah dan sayuran karena mungkin telah disemprot dengan air yang terkontaminasi.
Cara Mencegah Infeksi E. coli
Berikut adalah beberapa tips untuk mencegah infeksi bakteri E. coli:
1. Cuci semua sayuran dan buah-buahan dengan air, terutama jika tidak berencana memasaknya.
2. Masak semua daging atau sosis secara menyeluruh. Pastikan daging yang dimasak berwarna abu-abu atau cokelat seluruhnya (bukan merah muda) dan bagian dalamnya juga panas.
3. Gunakan termometer untuk memastikan suhu daging telah mencapai minimal 72 derajat Celsius.
4. Jika disajikan hamburger yang kurang matang di restoran, disarankan untuk mengembalikannya.
5. Konsumsi hanya susu dan produk susu yang telah dipasteurisasi. Hindari konsumsi susu mentah.
6. Konsumsi hanya jus dan sari buah yang telah dipasteurisasi.
7. Pisahkan daging mentah dari makanan siap santap.
8. Pastikan orang yang terinfeksi, terutama anak-anak, sering mencuci tangan dengan sabun untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi.
9. Minum air yang telah diolah dengan kadar klorin yang memadai atau disinfektan efektif lainnya.
10. Hindari menelan air danau atau kolam saat berenang.
11. Cuci tangan dengan bersih setelah menggunakan toilet.
12. Cuci tangan secara menyeluruh setelah menangani hewan, alas tidur hewan, atau bahan apa pun yang terkontaminasi dengan kotoran hewan.
13. Orang yang mengalami diare tidak boleh:
- Berenang di kolam umum atau danau.
- Mandi dengan orang lain.
- Menyiapkan makanan untuk orang lain.