Nomor atom: 27
Massa atom: 58,9332 g/mol
Elektronegativitas menurut Pauling: 1,8
Kepadatan: 8,9 g/cm3 pada 20 °C
Titik lebur: 1495 °C
Titik didih: 2927 °C
Radius Vanderwaals: 0,125 nm
Radius ionik: 0,078 nm (+2) ; 0,063 nm (+3)
Isotop: 8
Energi ionisasi pertama: 757 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1666,3 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 3226 kJ/mol
Potensial standar: – 0,28 V (Co2+ / Co) , 1,84 V (Co3+ / Co2+)
Ditemukan oleh: George Brandt tahun 1737
Sifat Kimia dan Fisika Kobalt
Kobalt merupakan unsur feromagnetik, keras, getas, berkilau, dan berwarna perak-keputihan.
Seperti besi, kobalt bisa diubah menjadi magnet dengan sifat fisik mirip dengan besi dan nikel.
Unsur ini aktif secara kimia dan mampu membentuk banyak senyawa. Kobalt stabil di udara dan tidak terpengaruh oleh air, namun perlahan-lahan larut oleh asam encer.
Sebagian besar cadangan kobalt terdapat di inti bumi. Kobalt memiliki kelimpahan relatif rendah dalam kerak bumi dan di perairan.
Meskipun tingkat rata-rata kobalt dalam tanah adalah 8 ppm, terdapat daerah yang hanya memiliki 0,1 ppm dan tempat lain hingga sebanyak 70 ppm.
Dalam lingkungan laut, kobalt dibutuhkan oleh ganggang biru-hijau (cyanobacteria) dan organisme pengikat nitrogen lainnya.
Kobalt tidak ditemukan dalam bentuk unsur bebas dan umumnya ditemukan dalam bentuk bijih.
Kobalt biasanya tidak ditambang sendiri melainkan sebagai produk sampingan penambangan nikel dan tembaga.
Bijih utama kobalt meliputi cobaltite, erythrite, glaucodot, dan skutterudite.
Produsen utama kobalt dunia adalah Republik Demokratik Kongo, Cina, Zambia, Rusia, dan Australia.
Sejarah Kobalt
Senyawa kobalt telah digunakan selama berabad-abad untuk memberikan warna biru pada kaca, glasir, dan keramik.
Cobalt telah terdeteksi dalam patung Mesir, perhiasan Persia dari milenium ketiga SM, di reruntuhan Pompeii pada 79 M, dan di Cina kuno.
Kaca berwarna kobalt tertua berasal dari dinasti kedelapan belas Mesir (1550–1292 SM).
Kata kobalt berasal dari bahasa Jerman kobalt, dari kobold yang berarti “goblin”, istilah takhayul yang digunakan untuk bijih kobalt oleh para penambang.
Karena bijih utama kobalt selalu mengandung arsenik, peleburan bijih mengoksidasi arsenik menjadi oksida arsenik yang sangat beracun dan mudah menguap.
Kimiawan Swedia, Georg Brandt (1694-1768), dikreditkan sebagai penemu kobalt sekitar tahun 1735, dan berhasil menunjukkan unsur baru ini berbeda dari bismut dan logam tradisional lainnya.
Dia menunjukkan bahwa senyawa logam kobalt adalah sumber warna biru pada kaca, yang sebelumnya dikaitkan dengan bismut yang ditemukan bersama dengan kobalt.
Selama abad ke-19, sebagian besar produksi dunia dari biru kobalt (pigmen yang dibuat dengan senyawa kobalt dan alumina) dan smalt (bubuk kaca kobalt yang digunakan untuk pigmen keramik dan lukisan) dilakukan di Blaafarveværket Norwegia.
Dengan ditemukannya bijih kobalt di Kaledonia Baru pada tahun 1864, penambangan kobalt di Eropa menurun.
Setelah itu ditemukan pula cadangan kobalt di Ontario, Kanada pada tahun 1904 dan disusul penemuan deposit yang lebih besar lagi di Provinsi Katanga di Kongo pada tahun 1914.
Penggunaan Kobalt
Kobalt digunakan dalam berbagai paduan logam, pada media perekaman magnetik, sebagai katalis untuk minyak bumi dan industri kimia, serta sebagai agen pengering untuk cat dan tinta.
Kobalt biru merupakan bagian penting dari berbagai barang kerajinan seperti porselen, tembikar, kaca patri, ubin, dan perhiasan enamel.
Isotop radioaktif kobalt-60 digunakan dalam perawatan medis dan juga untuk meradiasi makanan sebagai proses pengawetan.
Lithium cobalt oxide (LiCoO2) banyak digunakan dalam katoda baterai lithium-ion. Bahan ini terdiri dari lapisan kobalt oksida dengan lithium yang disisipkan.
Sebagian besar kobalt dalam baterai digunakan untuk perangkat seluler, serta digunakan pula pada baterai untuk mobil listrik.
Efek Kesehatan Kobalt
Kobalt mungkin terpapar ke manusia melalui udara, air, dan makanan yang mengandung kobalt.
Kontak kulit dengan tanah atau air yang mengandung kobalt juga mungkin terjadi.
Unsur ini bermanfaat bagi manusia karena merupakan bagian dari vitamin B12 yang penting untuk kesehatan.
Kobalt juga digunakan dalam pengobatan anemia bagi wanita hamil karena mampu merangsang produksi sel darah merah.
Total asupan harian kobalt bervariasi hingga sebanyak 1 mg. Namun, perlu diingat bahwa konsentrasi yang terlalu tinggi justru dapat merusak kesehatan.
Konsentrasi tinggi kobalt yang terhirup melalui udara bisa menimbulkan berbagai keluhan seperti asma dan pneumonia. Hal ini terutama terjadi pada orang-orang yang bekerja dengan kobalt.
Tanah dekat fasilitas pertambangan dan peleburan mungkin memiliki kandungan tinggi kobalt, sehingga saat diasup melalui air atau tanaman yang terkontaminasi akan menimbulkan berbagai efek kesehatan.
Efek kesehatan akibat penyerapan konsentrasi tinggi kobalt diantaranya:
– Muntah dan mual
– Masalah penglihatan
– Masalah jantung
– Kerusakan tiroid
Efek kesehatan juga bisa disebabkan oleh radiasi isotop radioaktif kobalt yang memicu kemandulan, rambut rontok, muntah, perdarahan, diare, koma, dan bahkan kematian.
Radiasi ini antara lain digunakan pada pasien kanker untuk menghancurkan tumor.
Debu kobalt juga menyebabkan berbagai keluhan seperti asma, batuk, sesak napas, penurunan fungsi paru, fibrosis nodular, hingga kematian .
Dampak Lingkungan Kobalt
Kobalt merupakan elemen yang terjadi secara alami di lingkungan.
Manusia menambahkan konsentrasi kobalt di alam saat melakukan pembakaran batu bara, melakukan kegiatan pertambangan, pengolahan bijih kobalt, dan penggunaan bahan kimia kobalt.
Isotop radioaktif kobalt tidak hadir dalam lingkungan secara alami, melainkan dilepaskan melalui operasi pembangkit listrik tenaga nuklir dan kecelakaan nuklir.
Karena memiliki umur paruh yang relatif singkat, isotop radioaktif kobalt umumnya tidak terlalu berbahaya.
Kobalt tidak dapat dimusnahkan setelah memasuki lingkungan dan akan bereaksi dengan partikel lain atau terserap pada partikel tanah atau sedimen air.
Tanah yang mengandung kobalt rendah akan membuat tumbuhan yang tumbuh kekurangan kobalt.
Ketika hewan merumput, maka mereka juga akan kekurangan kobalt.
Di sisi lain, tanah di dekat fasilitas pertambangan dan peleburan mungkin memiliki kandungan tinggi kobalt.
Fakta Menarik tentang Kobalt
Berikut adalah fakta dan informasi tentang kobalt:
1. Kobalt memperoleh namanya dari penambang Jerman. Mereka menamai bijih kobalt sesuai dengan roh jahat yang disebut kobald. Bijih kobalt umumnya mengandung logam tembaga dan nikel yang berguna. Masalahnya, bijih kobalt biasanya juga mengandung arsenik. Upaya untuk melebur tembaga dan nikel biasanya gagal dan sering menghasilkan gas oksida arsenik beracun.
2. Isotop Co-60 adalah sumber radiasi gamma yang kuat, digunakan untuk mensterilkan makanan dan persediaan medis serta terapi radiasi dalam pengobatan kanker.
3. Cobalt adalah atom pusat dalam vitamin B-12 yang penting untuk pembentukan darah dan fungsi saraf.
4. Kobalt bersifat feromagnetik. Magnet kobalt tetap bersifat magnetis pada suhu tinggi atau hingga 1.121 C.
5. Cobalt memiliki enam bilangan oksidasi: 0, +1, +2, +3, +4, dan +5. Bilangan oksidasi yang paling umum adalah +2 dan +3.
6. Kaca tertua yang menggunakan kobalt sebagai pewarna ditemukan di Mesir dan berasal dari antara tahun 1550-1292 SM.
7. Seperti di zaman kuno, kobalt masih digunakan untuk pigmen hingga saat ini. Sekitar 30 persen kobalt yang diproduksi setiap tahun digunakan dalam industri keramik dan cat.
8. Kobalt memiliki kelimpahan 25 mg/kg (atau bagian per juta) di kerak bumi.
9. Cobalt memiliki kelimpahan 2 x 10-5 mg/L di air laut.
10. Cobalt digunakan dalam paduan untuk meningkatkan stabilitas suhu dan mengurangi korosi.[]