Nomor atom: 24
Massa atom: 51,996 g/mol
Elektronegativitas: 1,6
Densitas: 7,19 g/cm3 pada 20 °C
Titik lebur: 1907 °C
Titik didih: 2672 °C
Radius Vanderwaals: 0,127 nm
Radius ionik: 0,061 nm ( +3 ); 0,044 nm ( +6 )
Isotop: 6
Energi ionisasi pertama: 651,1 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1590,1 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 2987 kJ/mol
Potensial standar: -0.71 V (Cr3+ / Cr)
Ditemukan oleh: Vaughlin pada 1797
Sifat Kimia dan Fisika Kromium
Kromium adalah logam transisi di Golongan 6 pada Tabel Periodik Unsur.
Kromium adalah logam berkilau, getas dan keras, serta berwarna perak abu-abu, serta bisa dipoles.
Senyawa kromium paling penting adalah kromat natrium dan kalium, dikromat, dan alum krom kalium dan amonium.
Senyawa kromium beracun dan harus ditangani dengan hati-hati.
Ketika dipanaskan, kromium membentuk oksida kromat hijau. Logam ini tidak stabil pada oksigen dan segera menghasilkan lapisan oksida tipis.
Kromium ditambang sebagai bijih kromit (FeCr2O4). Penambangan bijih kromium antara lain terdapat di Afrika Selatan, Zimbabwe, Finlandia, India, Kazakihstan, dan Filipina.
Sejarah Kromium
Pada tanggal 26 Juli 1761, Johann Gottlob Lehmann menemukan mineral oranye-merah di tambang Beryozovskoye di Pegunungan Ural yang dia beri nama timbal merah Siberia.
Mineral tersebut sebenarnya adalah crocoite dengan rumus kimia PbCrO4, namun salah diidentifikasi sebagai senyawa timbal dengan komponen selenium dan besi.
Pada tahun 1770, Peter Simon Pallas mengunjungi lokasi yang sama dengan Lehmann dan menemukan mineral tersebut memiliki sifat yang berguna sebagai pigmen dalam cat.
Setelah Pallas, penggunaan timbal merah Siberia sebagai pigmen cat mulai berkembang pesat.
Crocoite akan menjadi sumber utama kromium sebagai pigmen sampai penemuan chromite bertahun-tahun kemudian.
Pada tahun 1794, Louis Nicolas Vauquelin menerima sampel bijih crocoite.
Dia mampu menghasilkan kromium trioksida (CrO3) dengan mencampurkan crocoite dengan asam klorida.
Pada tahun 1797, Vauquelin menemukan bahwa dia bisa mengisolasi logam kromium dengan memanaskan oksida dalam oven arang.
Atas hasil kerjanya ini, dia dikreditkan sebagai orang yang benar-benar menemukan unsur kromium.
Vauquelin juga mampu mendeteksi jejak kromium pada batu permata berharga, seperti ruby dan zamrud.
Selama abad kesembilan belas, kromium tidak hanya digunakan sebagai komponen cat, tetapi juga dalam penyamakan garam.
Untuk beberapa waktu, crocoite yang ditemukan di Rusia adalah sumber utama bahan penyamakan tersebut.
Pada tahun 1827, deposit chromite yang lebih besar ditemukan di dekat Baltimore, Amerika Serikat, yang dengan cepat menggantikan crocoite sebagai garam penyamakan.
Hal ini membuat Amerika Serikat menjadi produsen terbesar produk kromium sampai tahun 1848, ketika deposit chromite yang lebih besar ditemukan di dekat kota Bursa, Turki.
Penggunaan Kromium
Penggunaan utama kromium adalah sebagai paduan logam seperti pada stainless steel, chrome plating, dan keramik logam.
Chrome plating pernah digunakan untuk memberikan lapisan keperakan seperti cermin pada baja.
Kromium digunakan dalam metalurgi sebagai anti korosi dan pemberi kesan mengkilap.
Selain itu, logam ini juga digunakan pada pewarna dan cat, untuk memproduksi batu rubi sintetis, dan sebagai katalis dalam pencelupan dan penyamakan kulit.
Kromium (IV) oksida (CrO2) digunakan untuk pembuatan pita magnetik.
Efek Kesehatan Kromium
Seseorang mungkin terekspos kromium melalui pernapasan, makanan atau minuman, serta kontak kulit dengan kromium atau senyawa kromium.
Tingkat kromium di udara dan air umumnya rendah. Namun, air tanah mungkin terkontaminasi kromium ( IV) berbahaya (hexavalen kromium).
Kromium (III) diketahui terdapat secara alami di berbagai sayuran, buah-buahan, daging, ragi, dan biji-bijian.
Berbagai cara penyiapan dan penyimpanan makanan dapat mengubah kandungan kromium pada makanan.
Ketika makanan disimpan dalam wadah baja atau kaleng kromium, konsentrasi yang terasup mungkin akan meningkat.
Kromium (III) merupakan nutrisi penting. Kekurangan unsur ini menyebabkan masalah jantung, gangguan metabolisme, dan diabetes.
Namun, asupan kromium (III) terlalu banyak juga akan menimbulkan efek kesehatan seperti ruam kulit.
Kromium (VI) diketahui berefek negatif pada kesehatan manusia, terutama bagi mereka yang bekerja di industri baja dan tekstil.
Orang yang merokok juga memiliki kesempatan lebih tinggi terpapar kromium.
Kromium (VI) diketahui menyebabkan berbagai efek kesehatan seperti alergi, iritasi hidung, dan mimisan.
Masalah kesehatan lain yang disebabkan oleh kromium (VI) adalah:
– Ruam kulit
– Perut mual dan bisul
– Masalah pernapasan
– Sistem imun melemah
– Kerusakan ginjal dan hati
– Perubahan materi genetik
– Kanker paru-paru
– Kematian
Bahaya kesehatan yang berhubungan dengan paparan kromium bergantung pada keadaan oksidasinya.
Kromium dalam bentuk logam memiliki toksisitas rendah, namun bentuk heksavalen merupakan racun.
Efek samping bentuk heksavalen pada kulit mungkin termasuk ulserasi, dermatitis, dan reaksi alergi pada kulit.
Heksavalen yang terhirup berpotensi memicu batuk dan mengi, sesak napas, serta hidung gatal.
Dampak Lingkungan Kromium
Jenis kromium yang berbeda memiliki dampak lingkungan yang berbeda pula.
Kromium memasuki udara, air, dan tanah dalam bentuk kromium (III) dan kromium (VI) akibat proses alam dan aktivitas manusia.
Kegiatan manusia yang meningkatkan konsentrasi kromium (III) diantaranya adalah dari industri baja, kulit, dan tekstil.
Kegiatan utama manusia yang meningkatkan konsentrasi kromium (VI) adalah industri kimia, kulit, tekstil, dan electro painting.
Sebagian besar kromium di udara akhirnya akan mengendap dan berakhir di perairan atau tanah.
Kromium (III) merupakan elemen penting untuk organisme yang dapat mengganggu metabolisme gula dan menyebabkan masalah jantung ketika terjadi defisiensi.
Di sisi lain, kromium (VI) umumnya bersifat racun bagi organisme dan dapat mengubah materi genetik yang memicu kanker.
Kromium diketahui tidak terakumulasi dalam tubuh ikan, tetapi konsentrasi tinggi kromium karena pembuangan limbah dapat merusak insang ikan.
Fakta Menarik tentang Kromium
Berikut adalah informasi dan fakta tentang kromium:
1. Kromium adalah logam keras, berkilau, berwarna abu-abu baja, serta sangat mudah dipoles. Seperti banyak logam transisi, unsur ini memiliki titik leleh yang tinggi (1.907 derajat C) dan titik didih yang tinggi (2.671 derajat C).
2. Stainless steel menjadi keras dan tahan korosi karena penambahan kromium.
3. Kromium adalah satu-satunya unsur yang menunjukkan sifat antiferromagnetik dalam keadaan padat pada dan di bawah suhu kamar. Kromium menjadi paramagnetik di atas 38 derajat Celcius. Sifat magnetik unsur ini adalah di antara karakteristiknya yang paling menonjol.
4. Sejumlah kecil kromium trivalen diperlukan untuk metabolisme lipid dan gula. Kromium heksavalen dan senyawanya sangat beracun dan juga karsinogenik.
5. Kromium terjadi secara alami sebagai campuran dari tiga isotop stabil: Cr-52, Cr-53, dan Cr-54. Chromium-52 adalah isotop yang paling melimpah, menyumbang 83,789% dari kelimpahan alaminya.
6. Kromium digunakan untuk membuat pigmen (termasuk kuning, merah, dan hijau), untuk mewarnai kaca hijau, untuk memberi warna merah rubi dan hijau zamrud, digunakan dalam beberapa proses penyamakan, digunakan sebagai pelapis logam dekoratif dan pelindung, serta sebagai katalis.
7. Kromium adalah unsur paling melimpah ke-21 atau ke-22 di kerak bumi. Unsur ini hadir pada konsentrasi sekitar 100 bagian per juta.
8. Kebanyakan kromium diperoleh dengan menambang mineral chromite (kromit). Meskipun jarang, kromium asli (dalam bentuk unsur) juga ada.[]