Nomor atom: 3
Massa atom: 6,941 g/mol
Elektronegativitas menurut Pauling: 1.0
Titik lebur: 180,5 °C
Titik didih: 1342 °C
Radius Vanderwaals: 0.145 nm
Radius ionik: 0,06 nm
Isotop: 2
Energi ionisasi pertama: 520,1 kJ/mol
Ditemukan oleh: Johann Arfvedson pada tahun 1817
Sifat Kimia dan Fisika Lithium
Lithium adalah unsur alkali pertama dalam tabel periodik. Di alam, lithium ditemukan dalam campuran isotop Li6 dan Li7.
Unsur ini merupakan logam padat paling ringan, lunak, berwarna putih keperakan, dengan titik leleh rendah serta bersifat reaktif.
Banyak sifat fisik dan kimia lithium lebih mirip dengan logam alkali tanah daripada dengan kelompoknya sendiri.
Sifat terpenting lithium diantaranya adalah kapasitas kalor tinggi, interval suhu besar dalam keadaan cair, konduktivitas termik tinggi, viskositas rendah, dan kepadatan yang sangat rendah.
Logam lithium larut dalam amina alifatik rantai pendek, seperti etilamine, namun tidak larut dalam hidrokarbon.
Lithium dapat bereaksi dengan reaktan organik serta dengan reaktan anorganik.
Logam ini bereaksi dengan oksigen membentuk monoksida dan peroksida. Lithium merupakan satu-satunya logam alkali yang bereaksi dengan nitrogen pada suhu kamar untuk menghasilkan nitrure hitam.
Unsur ini bereaksi dengan hidrogen pada suhu hampir 500 ºC untuk membentuk lithium hidrida. Reaksi logam lithium dengan air terjadi amat kuat.
Seperti semua logam alkali, lithium mudah bereaksi dengan air dan tidak terdapat bebas di alam karena sifat reaktifnya.
Kandungan lithium total di air laut sangat besar dan diperkirakan mencapai 230 miliar ton, di mana unsur tersebut terdapat pada konsentrasi yang relatif konstan 0,14 hingga 0,25 bagian per juta (ppm) atau 25 mikromolar.
Perkiraan kandungan lithium di kerak bumi berkisar antara 20 hingga 70 ppm menurut beratnya.
Lithium membentuk sekitar 0,002 persen dari kerak bumi. Sesuai dengan namanya, unsur ini banyak terdapat di batuan beku, dengan konsentrasi terbesar di batu granit.
Kelimpahan tersebut menempatkan lithium di bawah nikel, tembaga, dan tungsten dan diatas cerium dan timah.
Organisme invertebrata dan vertebrata mengandung sejumlah lithium dalam tubuhnya.
Lithium ditemukan dalam jumlah kecil di invertebrata, plankton, dan banyak tumbuhan pada konsentrasi 69 hingga 5.760 bagian per miliar (ppb).
Pada vertebrata, konsentrasinya sedikit lebih rendah dan hampir semua jaringan dan cairan tubuh vertebrata mengandung litium berkisar antara 21 hingga 763 ppb.
Organisme laut cenderung mengakumulasi lithium lebih banyak daripada organisme yang hidup di darat.
Sejarah Lithium
Petalite (LiAlSi4O10) ditemukan pada tahun 1800 oleh ahli kimia Brasil, José Bonifácio de Andrada e Silva, di sebuah tambang di pulau Utö, Swedia.
Namun, baru pada tahun 1817 Johan August Arfwedson, yang saat itu bekerja di laboratorium kimiawan Jöns Jakob Berzelius, mendeteksi keberadaan unsur baru saat menganalisis bijih petalite.
Unsur ini membentuk senyawa yang mirip dengan natrium dan kalium, meskipun karbonat dan hidroksidanya kurang larut dalam air dan tidak terlalu basa.
Berzelius memberi nama logam dalam material itu sebagai “lithium”, dari kata Yunani lithos, yang berarti “batu”.
Nama tersebut dipilih untuk mencerminkan penemuannya dalam mineral padat, sebagai lawan dari kalium yang ditemukan dalam abu tanaman, dan natrium yang sebagian dikenal karena kelimpahannya yang tinggi dalam darah hewan.
Pada tahun 1818, Christian Gmelin adalah orang pertama yang mengamati bahwa garam litium memberikan warna merah terang pada nyala api.
Unsur ini baru bisa diisolasi tahun 1821, ketika William Thomas Brande memperolehnya dengan elektrolisis lithium oksida, sebuah proses yang sebelumnya telah digunakan oleh ahli kimia Sir Humphry Davy untuk mengisolasi logam alkali kalium dan natrium.
Pada tahun 1855, sejumlah besar lithium diproduksi melalui elektrolisis lithium klorida oleh Robert Bunsen dan Augustus Matthiessen.
Penemuan prosedur ini mengarah pada produksi komersial lithium pada tahun 1923 oleh perusahaan Jerman, Metallgesellschaft AG, yang melakukan elektrolisis campuran cair lithium klorida dan kalium klorida.
Penggunaan Lithium
Senyawa lithium utama hasil industri adalah monohidrat lithium hidroksida.
Senyawa ini lazim digunakan dalam industri keramik dan dalam kedokteran sebagai antidepresan.
Bromin dan lithium klorida dikenal membentuk air garam terkonsentrasi yang memiliki sifat menyerap kelembaban dalam berbagai macam interval suhu.
Penggunaan utama industri lithium adalah dalam bentuk lithium stearatum sebagai pengental pelumas dan gemuk.
Aplikasi penting lain senyawa lithium adalah untuk tembikar, khususnya untuk glasir porselen, serta sebagai aditif untuk meningkatkan kinerja dan masa hidup baterai.
Paduan lithium dengan aluminium, kadmium, tembaga, dan mangan digunakan untuk membuat bagian-bagian pesawat kinerja tinggi.
Efek Kesehatan Lithium
Uap lithium yang terhirup dapat menimbulkan sensasi terbakar, batuk, sulit bernapas, dan sakit tenggorokan.
Menghirup uap lithium juga akan memicu edema paru. Gejala-gejala edema paru sering tidak muncul sampai beberapa jam setelah paparan.
Jika tertelan, lithium bisa memicu kram perut, nyeri perut, mual, dan muntah.
Unsur ini juga bersifat korosif pada mata, kulit, dan saluran pernapasan.
Dampak Lithium terhadap Lingkungan
Logam lithium akan bereaksi dengan nitrogen, oksigen, dan uap air di udara.
Akibatnya, permukaan lithium akan dilapisi oleh campuran lithium hidroksida (LiOH), lithium karbonat (Li2CO3), dan lithium nitrida (Li3N).
Litium hidroksida merupakan senyawa sangat korosif yang berpotensi berbahaya pada organisme air.
Fakta tentang Lithium
Berikut adalah fakta dan informasi menarik tentang lithium:
1. Lithium adalah unsur ketiga dalam tabel periodik, dengan tiga proton dan simbol unsur Li. Unsur ini memiliki massa atom 6,941.
2. Lithium alami adalah campuran dari dua isotop stabil, lithium-6 dan lithium-7. Lithium-7 menyumbang lebih dari 92% dari kelimpahan alami unsur ini.
3. Lithium merupakan logam alkali, dengan warna putih-perak dalam bentuk murni dan sangat lunak sehingga bisa dipotong dengan pisau mentega.
4. Lithium merupakan salah satu logam yang memiliki titik leleh terendah dan titik didih tinggi.
5. Lithium tidak terdapat secara bebas di alam, meskipun ditemukan di hampir semua batuan beku dan di mata air mineral. Karena unsur murni sangat reaktif, lithium hanya ditemukan terikat dengan unsur lain untuk membentuk senyawa.
6. Lithium adalah salah satu dari tiga unsur yang dihasilkan oleh big bang bersama dengan hidrogen dan helium.
7. Kelimpahan alami lithium di kerak bumi adalah sekitar 0,0007%.
8. Logam lithium murni sangat korosif dan membutuhkan penanganan khusus. Karena bereaksi dengan udara dan air, lithium harus disimpan di dalam minyak atau disimpan dalam atmosfer inert. Saat lithium terbakar, reaksi dengan oksigen membuat api sulit dipadamkan.
9. Lithium adalah logam paling ringan dan unsur padat yang paling tidak padat, dengan kerapatan sekitar setengah dari air. Dengan kata lain, jika tidak bereaksi dengan air, lithium akan mengapung.
10. Lithium antara lain digunakan dalam pengobatan, sebagai agen perpindahan panas, untuk membuat paduan logam, dan untuk baterai.
11. Meskipun senyawa lithium diketahui dapat menstabilkan suasana hati, para ilmuwan masih belum mengetahui mekanisme pasti efeknya pada sistem saraf. Apa yang diketahui adalah bahwa lithium mengurangi aktivitas reseptor untuk neurotransmitter dopamin dan dapat melintasi plasenta untuk mempengaruhi anak yang belum lahir.
12. Transmutasi lithium menjadi tritium adalah reaksi fusi nuklir pertama buatan manusia.
13. Logam litium dibuat dengan elektrolisis litium klorida terfusi.
14. Baterai lithium-ion merupakan baterai yang ringan dan dapat diisi ulang dan terutama digunakan untuk laptop, ponsel, dan perangkat digital lainnya.[]