Nomor atom: 34
Massa atom: 78,96 g/mol
Elektronegativitas menurut Pauling: 2,4
Densitas: 4,79 g/cm3 pada 20 °C
Titik lebur: 217 °C
Titik didih: 688 °C
Radius Vanderwaals: 0,14 nm
Radius ionik: 0,198 nm (-2); 0,042 nm (+6)
Isotop: 9
Energi ionisasi pertama: 940,7 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 2045 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga: 2973,7 kJ/mol
Potensial standar: – 0,77 V
Ditemukan oleh: Jons Berzelius 1817
Sifat Kimia dan Fisika Selenium
Selenium adalah unsur kimia non logam dan merupakan anggota kelompok XVI tabel periodik.
Aktivitas kimia dan sifat fisika selenium menyerupai sulfur dan tellurium.
Unsur ini terdapat dalam sejumlah bentuk alotropik dengan yang paling populer adalah bubuk merah amorf, bentuk kristal merah, dan bentuk kristal abu-abu metalik yang disebut selenium.
Bentuk terakhir ini menghantarkan listrik lebih baik dalam cahaya daripada dalam gelap dan digunakan dalam photocells.
Selenium terbakar di udara dan tidak bereaksi dengan air, tetapi larut dalam asam nitrat pekat dan basa kuat.
Selenium termasuk salah satu unsur langka di bumi, dan lebih langka dari perak. Unsur ini hadir di atmosfer sebagai derivatif metil.
Negara penghasil utama selenium adalah Kanada, Amerika Serikat, Bolivia, dan Rusia.
Selenium terbentuk secara alami di lingkungan maupun akibat aktivitas manusia.
Tanah pertanian yang sering diberi pupuk memiliki kandungan selenium sekitar 400 mg/ton karena unsur ini terdapat dalam pupuk fosfat.
Ketika selenium yang berada dalam tanah tidak bereaksi dengan oksigen, maka unsur ini relatif stabil (immobile). Selenium yang immobile dan tidak larut dalam air tidak terlalu berisiko bagi organisme.
Kadar oksigen dalam tanah dan keasaman tanah akan meningkatkan bentuk mobile selenium.
Kadar oksigen yang lebih tinggi dan peningkatan keasaman tanah biasanya disebabkan oleh kegiatan manusia, seperti proses industri dan pertanian.
Pertanian tidak hanya meningkatkan kadar selenium dalam tanah, tetapi juga meningkatkan konsentrasi selenium dalam air permukaan.
Sejarah Selenium
Selenium (berasal dari kata Yunani “selene” yang berarti “bulan”) ditemukan pada tahun 1817 oleh Jöns Jacob Berzelius dan Johan Gottlieb Gahn.
Kedua ahli kimia tersebut memiliki pabrik kimia di dekat Gripsholm, Swedia, yang memproduksi asam sulfat melalui proses lead chamber.
Bahan baku pirit yang diperoleh dari Tambang Falun ternyata menciptakan endapan merah dan dianggap sebagai senyawa arsenik, sehingga penggunaan pirit untuk membuat asam lantas dihentikan.
Berzelius dan Gahn mengamati bahwa endapan merah tersebut mengeluarkan bau seperti lobak saat dibakar.
Bau seperti ini bukan merupakan bau arsenik, tetapi bau serupa diketahui berasal dari senyawa telurium.
Itu sebab, awalnya Berzelius menyatakan bahwa substansi tersebut adalah senyawa telurium.
Namun, ketidakhadiran senyawa telurium dalam mineral di Tambang Falun akhirnya membuat Berzelius menganalisis kembali endapan merah tersebut dan menyatakan adanya unsur baru yang mirip dengan belerang dan telurium.
Karena kemiripannya dengan telurium, suatu senyawa yang dinamai sesuai dengan nama bumi, Berzelius menamai unsur baru tersebut dengan nama bulan atau selenium.
Penggunaan Selenium
Selenium memiliki sifat fotovoltaik dan fotokonduktif yang baik, dan digunakan secara luas dalam aplikasi elektronik, seperti fotosel, lightmeter, dan sel surya.
Penggunaan terbesar kedua selenium adalah pada industri kaca. Selenium digunakan untuk menghilangkan warna kaca, serta untuk memberikan warna merah pada kaca dan enamel.
Penggunaan ketiga adalah dalam bentuk sodium selenite yang digunakan untuk pakan ternak dan suplemen makanan.
Selenium juga dapat ditemukan dalam mesin fotokopi dan dalam toning foto.
Penggunaan artistik selenium adalah untuk mengintensifkan dan memperluas jangkauan tonal gambar fotografi hitam dan putih.
Kegunaan lain selenium bisa ditemukan dalam paduan logam seperti plat timbal yang digunakan dalam baterai dan pada rectifier untuk mengubah arus AC menjadi arus DC.
Selenium juga digunakan untuk meningkatkan ketahanan abrasi pada karet vulkanisir serta ditambahkan ke dalam shampoo anti-ketombe.
Efek Kesehatan Selenium
Paparan selenium bisa terjadi baik melalui makanan, air, atau ketika terjadi kontak dengan tanah atau udara yang mengandung konsentrasi tinggi selenium.
Paparan selenium terutama terjadi melalui makanan karena selenium secara alami terdapat dalam biji-bijian, sereal, dan daging.
Manusia perlu mengasup sejumlah tertentu selenium untuk mempertahankan kesehatan yang biasanya bisa dipenuhi dari makanan.
Asupan selenium melalui makanan mungkin lebih tinggi dari biasanya karena pupuk kaya selenium yang banyak digunakan pada lahan pertanian.
Orang yang tinggal di dekat daerah pembuangan limbah akan mengalami paparan yang lebih tinggi melalui tanah dan udara.
Selenium dari limbah dan dari lahan pertanian akan berakhir di tanah atau air permukaan.
Fenomena ini menyebabkan selenium terakumulasi alam air minum lokal yang meningkatkan konsentrasi asupan.
Orang-orang yang bekerja di industri logam, industri pengolahan selenium, dan industri cat juga cenderung mengalami paparan tinggi terutama melalui pernapasan.
Paparan selenium melalui udara dapat menyebabkan pusing, kelelahan dan iritasi pada selaput lendir.
Saat mengalami paparan sangat tinggi, akan terjadi pengumpulan cairan di paru-paru dan bisa memicu bronkitis.
Efek kesehatan dari paparan konsentrasi tinggi selenium bervariasi dari rambut rapuh, kuku rusak, ruam, panas, bengkak pada kulit, dan nyeri parah.
Ketika selenium terkena mata, penderita akan mengalami sensasi terbakar, iritasi, dan gangguan penglihatan.
Eksposur ekstrim uap selenium dapat memicu akumulasi cairan di paru-paru, napas berbau bawang putih, bronkitis, pneumonitis, asma bronkial, mual, menggigil, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, sesak napas, konjungtivitis, muntah, sakit perut, diare, dan pembesaran hati.
Dampak Lingkungan Selenium
Perilaku selenium dalam lingkungan sangat tergantung pada interaksinya dengan senyawa lain dan kondisi lingkungan di lokasi tertentu pada waktu tertentu.
Terdapat bukti selenium dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh organisme yang disalurkan melalui rantai makanan.
Karena bisa terkaumulasi dalam air permukaan, konsentrasi selenium cenderung sangat tinggi dalam organisme akuatik.
Ketika hewan menyerap atau menghimpun konsentrasi sangat tinggi selenium, kondisi ini bisa memicu kegagalan reproduksi dan cacat lahir.
Fakta Menarik tentang Selenium
Berikut adalah fakta dan informasi menarik tentang selenium:
1. Selenium digunakan dalam sampo anti ketombe.
2. Selenium abu-abu menghantarkan listrik lebih baik ketika terdapat cahaya yang menyinarinya.
3. Sirkuit fotolistrik awal dan sel surya menggunakan logam selenium.
4. Sejumlah kecil selenium diperlukan untuk berbagai fungsi seluler pada banyak hewan, termasuk manusia.
5. Meskipun merupakan unsur penting yang dibutuhkan tubuh, paparan berlebih selenium bisa memicu keracunan. Asupan melebihi 400 mikrogram per hari bisa menyebabkan selenosis. Tanda dan gejala selenosis meliputi napas berbau bawang putih, gangguan pencernaan, rambut rontok, pengelupasan kuku, kelelahan, lekas marah, dan kerusakan saraf.
6. Sel selenium digunakan dalam photophone yang dikembangkan oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1879.
7. Kombinasi bismut dan selenium digunakan untuk menggantikan timbal yang lebih beracun dalam banyak paduan kuningan.
8. Kacang brazil memiliki tingkat selenium tertinggi. Satu ons kacang brazil mengandung 544 mikrogram selenium atau 777% dari rekomendasi kebutuhan harian.
9. Substansi berbau yang dilepaskan sigung mengandung selenium.[]