Nomor atom: 38
Massa atom: 87,62 g/mol
Elektronegativitas menurut Pauling: 1,0
Kepadatan: 2,6 g/cm3 pada 20 °C
Titik lebur: 769 °C
Titik didih: 1384 °C
Radius Vanderwaals: 0,215 nm
Radius ionik: 0,113 nm (+2)
Isotop: 14
Energi ionisasi pertama: 549,2 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1064 kJ/mol
Ditemukan oleh: A. Crawford tahun 1790
Sifat Kimia dan Fisika Strontium
Strontium merupakan logam alkali tanah lunak dan berwarna perak kekuningan.
Strontium memiliki tiga bentuk kristal alotropik dengan sifat fisik dan kimia mirip dengan kalsium dan barium.
Strontium cepat bereaksi dengan air dan udara sehingga harus disimpan dalam wadah yang tidak memungkinkannya kontak dengan air dan udara.
Karena reaktivitas ekstrim terhadap udara, unsur ini tidak terdapat bebas di alam dan selalu bersenyawa dengan unsur lainnya.
Bubuk logam strontium akan menyala secara spontan di udara untuk menghasilkan baik strontium oksida dan strontium nitrida.
Strontium umumnya terjadi di alam, berkontribusi terhadap sekitar 0,034% dari semua batuan beku dan hadir dalam bentuk mineral celestite sulfat (SrSO4) dan strontianite carbonate (SrCO3).
Celestite sering terbentuk pada endapan sedimen dalam jumlah besar sehingga menguntungkan untuk ditambang. Daerah pertambangan utama meliputi Inggris, Meksiko, Turki, dan Spanyol.
Makanan yang mengandung strontium antara lain jagung (0,4 ppm), jeruk (0,5 ppm), kubis (45 ppm), bawang (50 ppm), dan lattuce (74 ppm).
Sejarah Strontium
Strontium dinamakan sesuai dengan desa di Skotlandia, Strontian, di mana unsur ini ditemukan pada bijih tambang timah.
Pada tahun 1790, Adair Crawford, seorang dokter yang terlibat dalam persiapan barium, dan rekannya William Cruickshank, menyatakan bahwa bijih dari Strontian menunjukkan sifat yang berbeda.
Selanjutnya, Adair Crawford dan kolektor mineral Friedrich Gabriel Sulzer serta Johann Friedrich Blumenbach menganalisis mineral tersebut dan menamakannya strontianit.
Mereka juga sampai pada kesimpulan bahwa strontianit berbeda dari witherite dan mengandung unsur bumi baru (neue Grunderde).
Pada tahun 1793, Thomas Charles Hope, seorang profesor kimia di Universitas Glasgow mempelajari mineral tersebut dan mengusulkan nama strontites.
Unsur dari mineral tersebut akhirnya berhasil diisolasi oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1808 dengan elektrolisis campuran yang mengandung strontium klorida dan oksida merkuri.
Sesuai dengan penamaan alkali tanah lainnya, dia menamakan unsur baru tersebut sebagai strontium.
Aplikasi strontium skala besar pertama adalah dalam produksi gula bit.
Meskipun proses kristalisasi menggunakan strontium hidroksida dipatenkan oleh Augustin-Pierre Dubrunfaut pada tahun 1849, penggunaan skala besar baru dimulai pada awal tahun 1870.
Industri gula Jerman menggunakan proses tersebut hingga abad ke-20.
Sebelum Perang Dunia I, industri gula bit menggunakan 100.000 hingga 150.000 ton strontium hidroksida per tahunnya.
Penggunaan Strontium
Strontium memiliki penggunaan mirip dengan kalsium dan barium, tetapi jarang digunakan karena biaya produksi yang tinggi.
Penggunaan utama senyawa stronsium adalah dalam pyrotechnic (untuk memunculkan warna merah cemerlang dalam kembang api dan flare) dan gemuk.
Unsur ini biasa digunakan dalam tabung vakum untuk menghilangkan udara atau gas yang tertinggal.
Kebanyakan strontium digunakan dalam bentuk karbonat pada kaca khusus untuk layar televisi dan unit tampilan visual.
Meskipun strontium-90 merupakan isotop radioaktif berbahaya, namun produk sampingan dari reaktor nuklir ini memiliki berbagai kegunaan.
Radiasi energi tinggi yang dipunyainya dapat menghasilkan arus listrik sehingga digunakan dalam kendaraan ruang angkasa, stasiun cuaca terpencil, dan pelampung navigasi.
Efek Kesehatan Strontium
Senyawa stronsium yang awalnya tidak larut air dapat menjadi larut sebagai hasil dari reaksi kimia.
Senyawa-senyawa yang larut dalam air menjadi ancaman lebih besar bagi kesehatan manusia daripada yang tidak larut air.
Oleh karena itu, senyawa larut air strontium berpotensi mencemari air minum, meskipun konsentrasi dalam air minum biasanya cukup rendah.
Orang bisa terpapar tingkat kecil (radioaktif) strontium dengan menghirup udara atau debu, makan makanan, air minum, atau melalui kontak dengan tanah yang mengandung strontium.
Konsentrasi strontium dalam makanan berkontribusi pada konsentrasi strontium dalam tubuh manusia.
Bahan pangan yang mengandung konsentrasi cukup tinggi strontium adalah biji-bijian, sayuran, dan produk susu.
Senyawa strontium yang dianggap amat berbahaya bagi kesehatan manusia, bahkan dalam jumlah kecil, adalah strontium kromat.
Strontium kromat diketahui menyebabkan kanker paru-paru, tetapi risiko terpapar telah sangat dikurangi dengan prosedur keselamatan di berbagai industri.
Penyerapan konsentrasi tinggi strontium umumnya tidak menjadi bahaya besar bagi kesehatan manusia.
Namun pada anak-anak, asupan strontium dalam konsentrasi tinggi dapat memicu masalah pertumbuhan tulang.
Strontium radioaktif memiliki lebih banyak risiko kesehatan dibandingkan strontium stabil.
Serapan terlalu tinggi strontium radioaktif menyebabkan anemia dan kekurangan oksigen, dan pada konsentrasi yang sangat tinggi diketahui menyebabkan kanker sebagai akibat dari kerusakan bahan genetik dalam sel.
Dampak Lingkungan Strontium
Strontium merupakan unsur yang terjadi secara alami di batuan, tanah, air, dan udara.
Senyawa stronsium dapat bergerak cukup mudah karena banyak diantaranya yang larut dalam air.
Konsentrasi strontium di udara diketahui meningkat oleh kegiatan manusia seperti pembakaran batu bara dan minyak bumi.
Partikel debu yang mengandung strontium akan mengendap ke permukaan air, tanah, atau permukaan tanaman.
Salah satu isotop strontium bersifat radioaktif dan tidak terjadi secara alami di lingkungan.
Isotop radioaktif terlepas ke lingkungan sebagai akibat aktivitas manusia, seperti pengujian bom nuklir dan kebocoran radioaktif.
Konsentrasi strontium radioaktif di lingkungan relatif rendah dan pada akhirnya akan meluruh dan bercampur dengan partikel strontium lainnya.
Fakta Menarik tentang Strontium
Berikut adalah fakta dan informasi tentang strontium:
1. Hampir semua senyawa strontium diproses dari mineral celestite. Karena celestite sering mengandung barium dan kalsium yang sifatnya mirip dengan strontium, proses pemisahan menjadi sulit dilakukan. Celestite mentah sering kali diharuskan memiliki setidaknya 90 persen strontium sulfat agar layak diproduksi.
2. Strontium menjadi unsur paling melimpah ke-15 di bumi dan diperkirakan memiliki konsentrasi rata-rata sekitar 360 bagian per juta di kerak bumi.
3. Sr-89 adalah bahan aktif dalam Metastron, radiofarmasi yang digunakan pada pasien dengan kanker tulang metastatik. Strontium bertindak seperti kalsium dan dimasukkan ke dalam area tulang dengan peningkatan osteogenesis. Hal ini memungkinkan paparan radiasi dilakukan terfokus pada area kanker.
4. Strontium klorida adalah bahan aktif yang digunakan dalam pasta gigi untuk gigi sensitif. Beberapa merek mengandung hingga 10 persen total strontium klorida heksahidrat menurut beratnya.
5. Strontium titanate memiliki indeks bias yang sangat tinggi dan dispersi optik yang lebih besar daripada berlian. Substansi ini bisa digunakan sebagai batu permata, meskipun sangat lunak.
6. Strontium harus membuat ikatan kimia dengan unsur lain karena tidak dapat berdiri sendiri. Terdapat tiga jenis strontium yaitu strontium citrate, strontium renelate, dan strontium radioaktif.
7. Senyawa strontium aluminat biasanya digunakan dalam mainan yang membuatnya bisa menyala dalam gelap.
8. Senyawa strontium karbonat biasanya digunakan dalam kembang api untuk menambahkan warna merah tua.
9. Acantharea, suatu kelompok protozoa radiolaria laut, menghasilkan kerangka mineral yang terdiri dari strontium sulfat. Sistem biologis organisme ini mengganti sebagian kecil kalsium dengan strontium.[]