Anda mungkin pernah mendengar ungkapan bahwa Mesir adalah “karunia Nil”.
Ungkapan yang masuk akal karena Mesir akan sulit dihuni tanpa kehadiran Sungai Nil.
Sungai Nil masih terus membanjiri tanah di Mesir dengan deposit sedimen hitam. Orang Mesir menyebut sedimen ini sebagai “Ar” yang berarti “hitam”.
Sungai Nil mendapatkan namanya dari kata Semit “Nahal” yang kemudian dinamai “Neilos” yang berarti lembah sungai.
Orang Mesir tepat ketika menyebut Nil sebagai “sungai kehidupan” karena telah memberikan hidup tidak hanya untuk tanah Mesir tetapi juga bagi tumbuhnya budaya dan peradaban.
Peradaban Mesir kuno berkembang di sekitar tepi sungai Nil yang subur sehingga memungkinkan membudidayakan berbagai tanaman untuk menunjang tumbuhnya peradaban.
Sungai ini juga menjadi sumber utama air untuk seluruh Mesir.
Fakta Menarik tentang Sungai Nil
Berikut adalah berbagai fakta menarik tentang Sungai Nil:
1. Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia
Sungai Nil mengalir ke utara sepanjang sekitar 6.650 kilometer, dari Danau Victoria melalui gurun Sahara sebelum bermuara ke Laut Mediterania.
Sungai ini melewati 11 negara yaitu Tanzania, Uganda, Rwanda, Burundi, Republik Demokratik Kongo, Kenya, Ethiopia, Eritrea, Sudan Selatan, Sudan dan Mesir.
Sungai Nil secara luas dianggap sebagai sungai terpanjang di dunia, tetapi predikat itu tidak sesederhana kedengarannya.
Mengukur panjang sungai berarti kita harus bisa menentukan di mana suatu sungai berawal dan berakhir, yang bisa jadi rumit dalam sistem sungai yang besar dan kompleks.
Sungai Nil hanya sedikit lebih panjang dari Sungai Amazon, misalnya, dan pada tahun 2007 sebuah tim ilmuwan Brasil mengumumkan bahwa mereka telah mengukur ulang Amazon dan menemukan panjangnya 6.800 km, sehingga mengalahkan Sungai Nil.
Namun, studi mereka tidak dipublikasikan dan banyak ilmuwan skeptis tentang metodenya.
Itu sebab, Sungai Nil secara umum masih dianggap sebagai sungai terpanjang di dunia.
2. Dibutuhkan waktu berabad-abad untuk mencari sumber airnya
Orang Mesir kuno menghormati Sungai Nil sebagai sumber kehidupan, tetapi sungai ini tetap diselimuti misteri.
Berbagai ekspedisi orang Mesir, Yunani, dan Romawi untuk menemukan sumbernya mengalami kegagalan oleh wilayah yang disebut Sudd (di tempat yang sekarang menjadi Sudan Selatan), di mana Sungai Nil membentuk rawa yang luas.
Hal ini membuat Sungai Nil menjadi seakan diselimuti aura mistik, dan itulah sebabnya seni klasik Yunani dan Romawi terkadang menggambarkannya sebagai dewa dengan wajah tersembunyi.
Nil Biru kemungkinan melepaskan rahasianya terlebih dahulu, dan ekspedisi dari Mesir kuno mungkin telah berhasil melacaknya berasal dari Ethiopia.
Namun, sumber Sungai Nil Putih terbukti jauh lebih sulit dipahami, meskipun banyak upaya untuk menemukannya.
Salah satu upaya yang terkenal adalah yang dilakukan oleh penjelajah Skotlandia, David Livingstone, yang menemukan Danau Victoria.
Namun, pencarian masih belum berakhir. Nil Putih berawal bahkan sebelum Danau Victoria, meskipun tidak semua orang mengetahui di mana.
Terdapat Sungai Kagera yang mengalir ke Danau Victoria dari Danau Rweru di Burundi, tetapi juga menerima air dari dua anak sungai lainnya: Ruvubu dan Nyabarongo, yang mengalir ke Danau Rweru.
Nyabarongo juga dialiri oleh sungai Mbirurume dan Mwogo, yang muncul dari Hutan Nyungwe Rwanda, dan sebagian orang menyebutkan ini sebagai sumber terjauh dari Sungai Nil.

3. Terdapat lebih dari satu Nil
Sungai Nil Bawah secara historis selalu banjir di musim panas, yang membingungkan orang Mesir kuno, terutama karena hampir tidak pernah terjadi hujan di tempat mereka tinggal.
Kita sekarang mengetahui bahwa meskipun merupakan satu sungai besar di Mesir, aliran Sungai Nil dialiri oleh banyak tempat yang memiliki hujan di daerah selatan.
Sungai Nil memiliki tiga anak sungai utama: Nil Putih, Nil Biru dan Atbara.
Nil Putih adalah yang terpanjang, dimulai dengan sungai yang mengalir dari Danau Victoria, danau tropis terbesar di dunia.
Sungai Nil Putih akhirnya menjadi “Sungai Nil” di dekat Khartoum, Sudan, di mana dia bertemu dengan Nil Biru.
Sungai Nil Putih mengalir dengan stabil sepanjang tahun, sedangkan aliran Nil Biru menyesuaikan dengan musim.
Seiring dengan Atbara di dekatnya, air Nil Biru berasal dari dataran tinggi Ethiopia, di mana pola musim hujan menyebabkan kedua sungai mempengaruhi debit airnya.
Nil Putih mungkin lebih panjang dan alirannya lebih stabil, tetapi Nil Biru memasok hampir 60% air yang mencapai Mesir setiap tahun, sebagian besar selama musim panas.
Atbara juga bergabung, menyumbang 10% dari total aliran Sungai Nil, hampir semuanya tiba antara Juli dan Oktober.
Hujan inilah yang membanjiri Sungai Nil setiap tahun di Mesir, dan karena aliran sungai mengikis lava basal yang subur dalam perjalanan keluar dari Etiopia, air ini mengandung lumpur subur untuk lahan pertanian di hilir.
4. Lumpurnya membantu membentuk sejarah manusia
Saat mengalir berliku menuju Mesir, Sungai Nil mengubah wajah gurun Sahara di sepanjang tepiannya.
Kontras ini terlihat dari luar angkasa, di mana oasis hijau panjang terlihat terbentuk di sekitar aliran sungai di tengah lanskap cokelat suram di sekitarnya.
Sahara adalah gurun panas terbesar di bumi dan tidak mudah untuk mengubahnya dengan cara seperti ini.
Berkat masuknya air musiman dari Ethiopia, Sungai Nil Bawah secara historis mengalami banjir di musim panas, merendam tanah gurun di dataran banjirnya.
Tapi air tidak berperan sendirian. Sungai Nil juga membawa bahan rahasia lain: sedimen yang dikumpulkannya di sepanjang aliran, terutama lumpur hitam yang terkikis oleh Nil Biru dan Atbara dari basal di Ethiopia.
Air banjir berlumpur itu akan mengalir ke Mesir setiap musim panas, lalu mengering dan meninggalkan lumpur hitam yang subur.
Permukiman manusia permanen pertama kali muncul di tepi sungai Nil sekitar 6000 SM, dan menjadi “negara bangsa pertama yang dikenal manusia.”
Budaya yang kompleks dan beraneka ragam dengan cepat berkembang, dan selama hampir 3.000 tahun, Mesir tetap menjadi negara terkemuka di dunia, didorong oleh air dan tanah subur yang diterimanya sebagai hadiah dari Sungai Nil.
Di masa modern, tepian Nil menjadi rumah bagi hampir 100 juta orang – 95% di antaranya tinggal dalam beberapa kilometer dari Sungai Nil – menjadikannya sebagai “negara” terpadat ketiga di Afrika.
Semua ini tidak mungkin terjadi di area gurun kering dan tandus tanpa adanya Sungai Nil.
Mengingat peran yang dimainkan Mesir dalam kebangkitan peradaban, Sungai Nil telah memengaruhi sejarah manusia dengan cara yang hanya bisa disamai beberapa sungai lainnya.

5. Aliran Sunga Nil diketahui memutar di padang pasir
Setelah mengarah ke utara untuk sebagian besar jalurnya, Sungai Nil berbelok secara mengejutkan di tengah-tengah Sahara.
Dengan anak-anak sungai utamanya akhirnya menyatu, Nil terus mengarah ke utara melalui Sudan untuk sementara waktu, lalu tiba-tiba berbelok ke barat daya dan mulai mengalir menjauh dari laut.
Hal ini terus terjadi sepanjang 300 km, seolah-olah mengarah ke Afrika Tengah, bukan Mesir.
Aliran Sungai Nil akhirnya kembali ke jalurnya dan melintasi Mesir sebagai salah satu sungai paling terkenal dan berpengaruh di dunia.
Tapi mengapa Nil mengambil jalan memutar terlebih dahulu? Dikenal sebagai “Great Bend”, fenomena ini disebabkan oleh formasi batuan bawah tanah yang disebut Nubian Swell.
Dibentuk oleh pengangkatan tektonik selama jutaan tahun, Nubian Swell memicu bentuk jalur Sungai Nil yang unik.

6. Sungai Nil merupakan surga bagi satwa liar
Manusia hanyalah salah satu dari banyak spesies yang bergantung pada Sungai Nil.
Di daerah hulu Sungai Nil Putih terdapat hutan hujan tropis dengan berbagai keanekaragaman hayati yang meliputi pohon pisang, bambu, kopi, kayu hitam, dan lainnya.
Sungai Nil juga membentuk rawa yang luas di dataran Sudan selama musim hujan, terutama di daerah Sudd di Sudan Selatan, yang membentang hampir 260.000 km persegi.
Vegetasi semakin jarang saat Nil bergerak ke utara, hingga akhirnya semuanya menghilang saat tiba di padang pasir.
Salah satu tanaman Nil yang paling terkenal adalah papirus, tumbuhan air berbunga yang tumbuh sebagai alang-alang tinggi di air dangkal.
Papirus digunakan orang Mesir kuno untuk membuat kertas, tali, tikar dan bahan anyaman lainnya.
Papirus pernah menjadi bagian umum dari vegetasi asli sungai, dan meskipun masih tumbuh secara alami di Mesir, dilaporkan kurang umum di alam liar saat ini.
Seperti kehidupan tumbuhannya, hewan yang hidup di dalam dan sekitar Sungai Nil juga amat beraneka ragam
Terdapat banyak ikan seperti lele, belut, ikan moncong gajah, lungfish, nila, dan tigerfish hidup di Nil.
Begitu pula dengan banyak burung yang menjadikan Sungai Nil sebagai sumber daya penting bagi kehidupan dan bagian dari rute migrasi mereka.
Sungai Nil juga dihuni beberapa spesies hewan besar, seperti kuda nil, yang dulunya umum di sebagian besar sungai, tetapi sekarang sebagian besar mendiami Sudd dan daerah rawa lainnya di Sudan Selatan.
Terdapat pula penyu bercangkang lunak, kobra, mamba hitam, ular air, dan tiga spesies biawak yang dilaporkan memiliki panjang rata-rata 1,8 meter.
Sedangkan fauna sungai yang paling terkenal adalah buaya Nil. Reptil raksasa ini mendiami sebagian besar sungai dan merupakan salah satu spesies buaya terbesar di bumi, yang bisa tumbuh hingga panjang 6 meter.

7. Sungai Nil adalah rumah bagi Dewa Buaya dan Kota Buaya
Ketika peradaban Mesir kuno tumbuh di sepanjang sungai, Nil menjadi tema sentral dalam banyak aspek kehidupan masyarakat.
Orang Mesir kuno mengenal Sungai Nil sebagai Ḥ’pī atau Iteru yang berarti “sungai”, tetapi juga disebut Ar atau Aur yang berarti “hitam” untuk menghormati lumpur yang memberi kehidupan.
Nil juga memainkan peran kunci dalam banyak mitos terpenting orang Mesir kuno.
Bima Sakti dipandang sebagai cermin surgawi Sungai Nil, misalnya, dan dewa matahari Ra diyakini mengemudikan kapal melintasinya.
Nil dianggap sebagai perwujudan dewa Hapi yang memberkati tanah dengan kehidupan, serta Ma’at yang mewakili konsep kebenaran, harmoni dan keseimbangan.
Nil juga dikaitkan dengan Hathor, dewi langit, wanita, kesuburan, dan cinta.
Dalam satu mitos populer, dewa Osiris dikhianati oleh saudaranya yang cemburu, Set, yang menipunya untuk berbaring di sarkofagus dan berpura-pura menjadikannya sebagai hadiah.
Set kemudian menjebak Osiris ke dalam sarkofagus dan melemparkannya ke Sungai Nil yang membawanya ke Byblos.
Tubuh Osiris akhirnya ditemukan oleh istrinya, Isis, yang mengambilnya dan mencoba menghidupkannya kembali.
Mengetahui hal tersebut, Set campur tangan dan mencuri tubuh Osiris, memotong-motongnya dan menyebarkannya ke seluruh Mesir.
Isis bisa melacak setiap bagian Osiris kecuali penisnya, yang telah dimakan oleh buaya Nil.
Itu sebabnya buaya diasosiasikan dengan dewa kesuburan, Sobek, dan peristiwa ini dipandang sebagai katalisator yang membuat Sungai Nil begitu subur.
Karena cerita ini, siapa pun yang dimakan buaya di Mesir kuno “dianggap beruntung dalam kematian yang bahagia.”
Penghormatan terhadap buaya Nil khususnya sangat kuat di kota kuno Shedet (sekarang disebut Faiyum), yang terletak di sungai Faiyum Oasis di selatan Kairo.
Kota ini dikenal oleh orang Yunani sebagai “Crocodilopolis”, karena penduduknya tidak hanya menyembah Sobek, tetapi juga menghormati manifestasi dewa duniawi: buaya hidup bernama “Petsuchos”, yang dipakaikan perhiasan dan dipelihara di kuil. Ketika satu Petsuchos mati, buaya baru menggantikan perannya.
8. Intervensi manusia membawa masalah bagi Sungai Nil
Satu perubahan besar terjadi di Sungai Nil pada tahun 1970 dengan selesainya Bendungan Tinggi Aswan, yang membendung sungai di Mesir selatan untuk membuat waduk yang disebut Danau Nasser.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, proyek ini memberi manusia kendali atas banjir yang memberi kehidupan di Sungai Nil.
Bendungan Aswan diklaim menawarkan “manfaat besar bagi perekonomian Mesir” karena air Nil sekarang dapat dilepaskan di mana dan kapan paling dibutuhkan, dan karena 12 turbin bendungan dapat menghasilkan 2,1 gigawatt listrik.
Namun, bendungan itu juga mengubah Sungai Nil secara negatif. Lumpur hitam yang menghijaukan Sahara, misalnya, sekarang sebagian besar tertahan di belakang bendungan, menumpuk di waduk dan kanal, bukannya mengalir ke utara.
Pada masa sebelumnya, lumpur memperkaya dan memperluas Delta Nil dari waktu ke waktu, tetapi sekarang menyusut karena erosi di sepanjang pantai Mediterania.
Bendungan juga menyebabkan penurunan bertahap dalam kesuburan dan produktivitas lahan pertanian tepi sungai.
Di lepas pantai dari delta, populasi ikan dilaporkan telah menurun karena hilangnya nutrisi yang dikirim oleh lumpur Nil.

9. Sungai Nil mungkin merupakan jendela ke dunia bawah yang sebenarnya
Osiris tidak bisa hidup kembali tanpa seluruh tubuhnya, jadi dia ahirnya menjadi dewa kematian dan penguasa dunia bawah.
Sungai Nil dipandang sebagai pintu gerbang ke akhirat, dengan sisi timur mewakili kehidupan dan sisi barat dianggap sebagai tanah orang mati.
Sementara terhubung ke dunia bawah spiritual Mesir kuno, ilmu pengetahuan modern menunjukkan Sungai Nil juga bisa berfungsi sebagai jendela ke dunia bawah yang lebih nyata: mantel bumi.
Terdapat beberapa perdebatan tentang usia Sungai Nil, tetapi pada akhir 2019, tim peneliti melaporkan bahwa aliran Nil telah stabil selama sekitar 30 juta tahun atau lima kali lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.
Dengan kata lain, jika seseorang melakukan perjalanan di sepanjang Sungai Nil pada Zaman Oligosen, jalurnya akan sangat mirip dengan rute yang kita kenal sekarang.
Hal tersebut dimungkinkan karena adanya gradien topografi yang stabil di sepanjang jalur sungai karena arus sungai bersirkulasi di mantel, lapisan batuan panas di bawah kerak bumi.
Intinya, jalur Sungai Nil selama ini dipertahankan oleh lapisan mantel yang juga mengarah ke utara.[]