Nomor atom: 29
Massa atom: 63,546 g/mol
Elektronegativitas menurut Pauling: 1,9
Kepadatan: 8,9 g/cm3 pada 20 °C
Titik lebur: 1083 °C
Titik didih: 2595 °C
Radius Vanderwaals: 0,128 nm
Radius ionik: 0,096 nm (+1) ; 0,069 nm (+3)
Isotop: 6
Energi ionisasi pertama: 743,5 kJ/mol
Energi ionisasi kedua: 1946 kJ/mol
Potensial standar: +0,522 V (Cu+ / Cu ) ; +0,345 V (Cu2+ / Cu)
Ditemukan oleh: Orang jaman kuno
Sifat Kimia dan Fisika Tembaga
Tembaga merupakan logam kemerahan dengan struktur kristal kubus.
Tembaga memantulkan sinar merah dan oranye dan menyerap frekuensi lain dalam spektrum cahaya terlihat.
Logam ini mudah ditempa, ulet, dan merupakan konduktor panas dan listrik yang baik. Tembaga lebih lunak dari seng, dapat dipoles, dan memiliki reaktivitas kimia rendah.
Dalam udara lembab, tembaga perlahan-lahan membentuk selaput permukaan kehijauan yang disebut patina. Lapisan ini melindungi dari serangan korosi lebih lanjut.
Tembaga merupakan unsur yang banyak terdapat di alam. Manusia tercatat juga banyak menggunakan tembaga.
Tembaga memasuki udara terutama melalui proses pembakaran bahan bakar fosil. Logam ini akan terus berada di udara hingga kemudian mengendap ke tanah melalui hujan.
Manusia juga turut menyebarkan tembaga ke lingkungan melalui aktivitas pertambangan, produksi logam, produksi kayu, dan produksi pupuk fosfat.
Selain karena aktivitas manusia, tembaga juga dilepaskan ke lingkungan akibat peristiwa alami, seperti akibat pelapukan tanaman dan kebakaran hutan.
Sebagian besar senyawa tembaga akan menetap dan terikat di tanah atau terserap dalam sumber air yang bisa menimbulkan ancaman kesehatan.
Produksi tembaga dunia diperkirakan sebesar 12 juta ton per tahun serta 2 juta ton tembaga diklaim merupakan hasil daur ulang.
Penambangan besar tembaga dilakukan di beberapa negara seperti Chile, Indonesia, Amerika Serikat, Australia, dan Kanada.
Bijih utama tembaga disebut sebagai kalkopirit (CuFeS2).
Sejarah Tembaga
Sebagian besar tembaga berasal dari bijih dan harus dilebur atau diekstraksi sebelum bisa digunakan.
Tetapi reaksi kimia alami terkadang dapat menghasilkan tembaga murni yang siap pakai.
Manusia telah membuat benda dari tembaga setidaknya selama 8.000 tahun dan menemukan cara untuk melebur logam ini sekitar tahun 4500 SM.
Lompatan teknologi berikutnya adalah penciptaan paduan tembaga dengan menambahkan timah sehingga menghasilkan paduan logam lebih keras yang disebut perunggu.
Kemampuan ini kemudian mengantarkan manusia memasuki Zaman Perunggu, periode yang mencakup sekitar tahun 12.000 SM hingga 3.300 SM.
Artefak tembaga tersebar di seluruh catatan sejarah.
Para arkeolog menemukan penusuk kecil atau alat runcing, berasal dari tahun 5100 SM, yang dikuburkan bersama seorang wanita paruh baya di sebuah desa kuno di Israel.
Benda ini merupakan benda logam tertua yang pernah ditemukan di Timur Tengah.
Di Mesir kuno, orang menggunakan paduan tembaga untuk membuat perhiasan, termasuk cincin jari kaki.
Sekitar dua pertiga dari tembaga di bumi ditemukan di batuan beku (vulkanik), dan sekitar seperempatnya terdapat di batuan sedimen.
Tembaga merupakan logam yang ulet dan dapat ditempa, serta menghantarkan panas dan listrik dengan baik.
Tembaga berubah menjadi hijau karena reaksi oksidasi atau kehilangan elektron ketika terkena air dan udara. Oksida tembaga yang dihasilkan berwarna hijau kusam.
Reaksi oksidasi ini yang menyebabkan Patung Liberty yang berlapis tembaga berwarna hijau, alih-alih oranye-merah yang merupakan warna asli tembaga.
Penggunaan Tembaga
Kebanyakan tembaga digunakan untuk peralatan listrik (60 %); konstruksi, seperti atap dan pipa (20%); mesin industri, seperti penukar panas (15 %); dan paduan logam (5 %).
Paduan tembaga yang sudah dikenal sejak lama adalah perunggu; kuningan (paduan tembaga-seng); paduan tembaga-timah-seng, yang cukup kuat untuk membuat senjata dan meriam; paduan tembaga dan nikel, yang dikenal sebagai cupronickel dan digunakan sebagai pembuat mata uang logam.
Tembaga ideal digunakan sebagai kabel jaringan listrik karena mudah ditangani, dapat ditarik menjadi kawat halus, dan memiliki konduktivitas listrik tinggi.
Efek Kesehatan Tembaga
Tembaga bisa ditemukan dalam berbagai jenis makanan, dalam air minum, dan di udara. Karena itu, manusia menyerap sejumlah tembaga saat makan, minum, dan bernapas.
Tembaga merupakan elemen yang penting bagi kesehatan manusia. Namun, jumlah asupan terlalu besar akan menyebabkan masalah kesehatan.
Konsentrasi tembaga di udara biasanya cukup rendah, sehingga paparan melalui pernapasan bisa diabaikan.
Tetapi orang-orang yang tinggal di dekat smelter atau pabrik pengolahan tembaga akan mengalami eksposur lebih tinggi.
Eksposur tembaga jangka panjang dapat menyebabkan iritasi pada hidung, mulut, mata, serta menyebabkan sakit kepala, sakit perut, pusing, muntah, dan diare.
Asupan ekstra tinggi akan menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan bahkan kematian.
Terdapat penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara paparan jangka panjang konsentrasi tinggi tembaga dan penurunan kecerdasan pada anak.
Paparan pada asap dan debu tembaga bisa menyebabkan demam asap logam yang diiringi perubahan atropi pada membran mukosa.
Keracunan tembaga kronis bisa memicu penyakit Wilson yang ditandai dengan sirosis hati, kerusakan otak, demyelization, penyakit ginjal, dan timbunan tembaga di kornea.
Dampak Lingkungan Tembaga
Ketika di tanah, tembaga akan terikat pada bahan organik dan mineral.
Tembaga tidak rusak di lingkungan dan karena itu dapat terakumulasi pada tanaman dan hewan ketika berada di tanah.
Pada tanah dengan kandungan tembaga amat tinggi, hanya sejumlah kecil tanaman yang bisa bertahan hidup.
Itu sebab, tidak terdapat banyak keanekaragaman tumbuhan dekat pabrik atau pembuangan limbah tembaga.
Tembaga juga dapat mengganggu aktivitas dalam tanah karena berpengaruh negatif pada aktivitas mikroorganisme dan cacing tanah.
Ketika tanah peternakan tercemar tembaga, hewan ternak akan mengasup konsentrasi tinggi tembaga yang bisa merusak kesehatan ternak.
Fakta Menarik tentang Tembaga
Berikut adalah fakta dan informasi menarik tentang tembaga:
1. Kata “copper” (tembaga) berasal dari kata Latin “cuprum” yang berasal dari frasa “Cyprium aes,” yang berarti “logam dari Siprus.” Pada masa itu, tembaga memang ditambang di Siprus.
2. Jika semua kabel tembaga di mobil dibentangkan, panjangnya akan mencapai sekitar 1,5 km.
3. Konduktansi listrik (seberapa mudah arus dapat mengalir melalui logam) tembaga adalah yang kedua setelah perak.
4. Tubuh membutuhkan tembaga. Logam ini berguna untuk membentuk sel darah merah.
5. Tembaga dapat ditemukan dalam berbagai makanan, termasuk biji-bijian, kacang-kacangan, kentang dan sayuran berdaun hijau.
6. Namun, terlalu banyak tembaga bisa memicu efek buruk. Menelan kadar tinggi tembaga bisa menyebabkan sakit perut, muntah dan penyakit kuning. Paparan jangka panjang menyebabkan gejala seperti anemia, kejang dan diare yang disertai darah dan mungkin berwarna biru.
7. Peningkatan kadar tembaga bisa ditemukan dalam pasokan air minum karena menggunakan pipa tembaga yang sudah tua.
8. Tembaga memiliki sifat anti-mikroba dan mampu membunuh bakteri, virus, dan jamur saat terjadi kontak (bersentuhan).
9. Karena sifat anti-mikrobanya, tembaga kemudian ditenun menjadi kain untuk membuat pakaian anti-mikroba, seperti kaus kaki untuk melawan jamur kaki.
10. Tembaga juga dimasukkan dalam beberapa jenis alat kontrasepsi (IUD) yang digunakan untuk pengendalian kelahiran. Tembaga diketahui menciptakan reaksi peradangan yang beracun bagi sperma dan sel telur, sehingga bisa mencegah kehamilan.[]