Jaringan jalan yang terencana dengan baik dan sistem drainase yang rumit mengisyaratkan bahwa penghuni kota peradaban Indus kuno, Mohenjo-daro, adalah perencana kota yang terampil dengan penitikberatan pada pengendalian air.
Tapi siapa yang menghuni kota kuno yang terletak di Pakistan modern selama milenium ketiga SM tetap menjadi teka-teki.
Kota ini tidak memiliki istana, kuil, atau monumen yang megah. Tidak terdapat pusat pemerintahan yang jelas atau bukti atas adanya raja atau ratu yang memerintah.
Kesederhanaan, ketertiban, dan kebersihan tampaknya lebih diutamakan.
Tembikar dan peralatan dari tembaga dan batu terlihat dibuat dengan standar tertentu.
Mohenjo-daro ditinggalkan pada abad ke-19 SM saat Peradaban Lembah Indus mulai menurun, dan situs tersebut tidak ditemukan kembali hingga tahun 1920-an.
Asal Nama
Mohenjo-daro, juga dieja Mohenjodaro atau Moenjodaro merupakan nama yang berasal dari bahasa Sindhi yang berarti “Mound of the Dead” atau gundukan orang mati.
Nama sebenarnya dari kota ini tidak diketahui karena bahasa yang digunakan oleh Peradaban Lembah Indus masih belum diketahui.
Terdapat spekulasi bahwa nama kuno kota itu mungkin adalah Kukkutarma atau Kota Ayam Jantan.
Sabung ayam diperkirakan memiliki makna ritual dan agama yang penting bagi kota ini, dengan ayam peliharaan dibiakkan untuk tujuan suci, bukan sebagai sumber makanan.
Lokasi Mohenjo-daro
Mohenjo-daro terletak di sebelah barat Sungai Indus di Distrik Larkana, Sindh, Pakistan.
Kota ini terletak di punggungan Pleistosen di tengah dataran banjir Lembah Sungai Indus, sekitar 28 kilometer dari kota Larkana.
Punggungan tersebut memiliki arti penting selama masa Peradaban Lembah Indus, sehingga memungkinkan kota terhindar dari banjir di sekitarnya.
Namun, banjir yang terjadi pada masa berikutnya diperkirakan mengubur sebagian besar punggungan dalam endapan lumpur.
Sejarah Mohenjo-daro
Mohenjo-daro menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1980 dan merupakan salah satu kota kuno terbesar yang masih tersisa dengan usia lebih dari 4500 tahun.
Situs ini berisi sisa-sisa salah satu dari dua pusat utama peradaban Indus kuno (2500-1700 SM).
Pusat peradaban Indus kuno lainnya adalah Harappa, yang terletak sekitar 640 km ke arah barat laut di provinsi Punjab, Pakistan.
Arti penting arkeologi Mohenjo-daro pertama kali diakui pada tahun 1922, satu tahun setelah penemuan Harappa.
Penggalian selanjutnya mengungkapkan bahwa gundukan tersebut berisi sisa-sisa kota terbesar dari peradaban Indus.
Karena ukuran kota – sekitar 5 km – dan kekayaan akan monumen dan isinya, Mohenjo-daro secara umum dianggap sebagai ibu kota dari suatu negara kuno.
Apakah Mohenjo-daro dan Harappa merupakan kota yang eksis pada masa yang sama atau salah satu kota menggantikan yang lain masih belum diketahui.
Pada puncaknya, Mohenjo-daro mungkin merupakan kota yang paling maju di seluruh dunia dan menjadi yang terbesar di Asia Selatan.
Kota ini tampak luar biasa tidak hanya dalam ukuran dan usia, tetapi juga untuk kecanggihan perencanaan.
Mohenjo-daro dibangun berdasarkan pola grid dengan simetri yang akurat, menandakan sistem perencanaan tingkat tinggi.
Standardisasi juga terlihat dalam bangunan yang dibuat menggunakan batu bata tanah liat dengan ukuran hampir identik.

Mohenjo-daro bertahan selama lebih dari 700 tahun, dari tahun 2600 SM sampai sekitar tahun 1900 SM.
Kota ini pernah dibangun kembali hingga 7 kali atau lebih akibat rusak oleh terjangan banjir Sungai Indus.
Setelah ditinggalkan, Mohenjo-daro menghilang selama ribuan tahun hingga ditemukan kembali pada tahun 1920.
Sejak itu, penggalian telah dilakukan. Kota ini umumnya dibagi menjadi dua bagian: Kota Bawah dan Benteng.
Benteng telah hampir seluruhnya digali, namun banyak bagian dari Kota Bawah belum tersentuh.
Namun diketahui bahwa di kota bagian bawah terdapat rumah-rumah berhalaman besar yang menunjukkan tempat tinggal kelas menengah.
Sebagian besar rumah memiliki kamar mandi kecil dan dilengkapi dengan saluran air dan sanitasi yang baik.
Adanya tangga bata menunjukkan setidaknya sebagian rumah memiliki lantai atas yang datar dan layak huni.
Dinding diperkirakan diplester dengan lumpur untuk mengurangi efek merusak dari garam yang dikandung oleh batu bata dan untuk melindungi terhadap panas matahari dan kelembaban.
Mohenjo-daro terletak di punggung bukit yang langsung berhadapan dengan daerah banjir Sungai Indus.
Banjir sungai membawa berkah tanah yang subur sekaligus potensi banjir yang bisa mengancam keselamatan kota.
Mohenjo-daro benar-benar merupakan sebuah keajaiban arsitektur yang menggambarkan betapa luar biasa pencapaian manusia ribuan tahun lalu di sebuah sudut dunia.[]
Artefak Menonjol yang Ditemukan
Mohenjo-daro dikenal tidak hanya untuk arsitektur yang indah, tetapi juga karena ditemukannya banyak artefak mengesankan. Berikut adalah beberapa diantaranya:
1. Gadis Menari

Salah satu artefak paling populer adalah apa yang disebut patung Gadis Menari yang terbuat dari perunggu setinggi 10,5 cm dan berusia sekitar 4.500 tahun, ditemukan di Mohenjo-daro pada tahun 1926.
Patung tersebut berwujud gadis berusia sekitar lima belas tahun, memakai gelang di lengannya, dan berpose dengan bibir mengerucut serta tangan di pinggul yang tampak sedang menari.
Gadis tersebut digambarkan tidak memakai busana dan berdiri dengan pose sangat percaya diri.
Patung gadis Menari memiliki dua arti penting tentang peradaban Mohenjo-daro.
Pertama, pengetahuan tentang pencampuran logam, pengecoran, dan metode pengolahan logam lainnya; dan kedua, bahwa hiburan, terutama tarian, adalah bagian dari budaya di peradaban tersebut.
2. Raja-Pendeta

Pada tahun 1927, artefak dengan sosok laki-laki sedang duduk ditemukan di sebuah bangunan dengan hiasan bata yang tidak biasa.
Meskipun tidak terdapat bukti bahwa pendeta atau raja pernah memerintah Mohenjo-daro, para arkeolog menjuluki sosok tersebut sebagai “Raja-Pendeta” atau “Priest-King.”
Patung ini memiliki tinggi 17,5 sentimeter, dan menunjukkan seorang pria berjanggut rapi dengan cuping telinga yang ditindik dan memakai ikat kepala, serta rambut disisir ke belakang.
3. Patung Dewi Ibu
Patung Dewa Ibu ditemukan tahun 1931 dan tampaknya meniru karakteristik tertentu yang sesuai dengan kepercayaan Dewi Ibu yang umum di banyak peradaban Timur Dekat awal.
Patung tersebut memiliki tinggi 18,7 cm dan saat ini dipajang di Museum Nasional Pakistan, di Karachi.
4. Segel Pashupati

Sebuah segel yang ditemukan di situs tersebut memuat gambar sosok duduk bersila yang dikelilingi oleh binatang.
Sosok tersebut ditafsirkan oleh sebagian ahli sebagai seorang yogi, dan oleh sebagian yang lain sebagai “proto-Siwa” berkepala tiga sebagai “Penguasa Hewan”.
Fakta Menarik tentang Mohenjo-daro
Berikut adalah ringkasan fakta dan informasi tentang Mohenjo-daro:
1. Nama asli kota bersejarah ini bukanlah Mohenjo-daro. Tidak ada yang tahu apa nama aslinya, karena tulisan pada era Harrappa masih belum bisa dipecahkan.
2. Kata ‘Mohenjo-daro’ secara harfiah diterjemahkan menjadi ‘gundukan orang mati’. Kota Harappa dan situs penting Lembah Indus lainnya umumnya ditemukan pada punggungan atau gundukan.
3. Kota berusia sekitar 4.500 tahun itu dapat menampung 40.000 penduduk dan memiliki jalan, bangunan bujursangkar, saluran sanitasi, sumur besar yang berfungsi sebagai sumber kolam renang umum untuk mandi, dan banyak lagi desain bangunan yang menakjubkan.
4. Bangunan bertingkat juga ditemukan di situs Mohenjo-daro dan Harappa.
5. Terdapat indikasi yang membuktikan bahwa Peradaban Lembah Indus tidak memiliki monarki dan mungkin diperintah oleh komite terpilih.
6. Tidak terdapat tanda-tanda peperangan atau senjata yang ditemukan di sekitar situs Peradaban Lembah Indus. Hal ini menyiratkan bahwa penduduk asli Indus bersifat damai, yang mungkin membuatnya rentan terhadap penyerbu asing.
7. Peradaban Lembah Indus sangat luas dan membentang dari Iran ke Gujarat hingga ke Utara sampai Baktria.
8. Gaya hidup dan kepercayaan masyarakat Mohenjo-daro masih belum diketahui. Beberapa artefak, seperti Segel Pashupati, menunjukkan bahwa masyarakat akan menyembah ‘dewa hewan’, yang akan melindungi mereka dari binatang buas.[]