Berdirinya negara Israel pada 14 Mei 1948 dilatarbelakangi oleh berbagai peristiwa sejarah.
Peristiwa tersebut diantaranya kolonialisme Eropa di Timur Tengah, gerakan Zionis dan upaya rezim Nazi untuk memusnahkan populasi Yahudi di Eropa secara sistematis.
Dasar hukum atas berdirinya negara Israel terletak pada Deklarasi Balfour tahun 1917 dimana Kerajaan Inggris menyatakan dukungannya untuk tanah air Yahudi.
Selain itu, Resolusi Majelis Umum PBB 181 pada tahun 1947 membagi Palestina yang dikuasai Inggris menjadi negara Yahudi, negara Arab dan perwalian internasional.
Akibatnya, Palestina menganggap tanah mereka dicuri dan berbagai faksi politik kemudian bermunculan untuk menyerukan pembatalan pendirian negara Israel.
Situasi ini diperburuk ketika Israel memperluas wilayahnya setelah Perang Enam Hari tahun 1967 dengan pembangunan beberapa permukiman baru.
Fatah dan Hamas kemudian muncul sebagai kekuatan politik utama dalam gerakan pembebasan Palestina, meskipun keduanya memiliki tujuan yang berbeda.
Ideologi Fatah vs. Hamas
– Fatah
Fatah adalah singkatan terbalik untuk Harakat al-Tahrir al-Filistiniya atau Gerakan Pembebasan Nasional Palestina. Kata Fatah artinya menaklukkan.
Gerakan sekuler ini didirikan di Kuwait pada akhir 1950-an oleh diaspora Palestina setelah peristiwa Nakba pada tahun 1948.
Saat itu terjadi pembersihan etnis Palestina oleh gerakan Zionis yang bertujuan untuk menciptakan negara modern Yahudi di Palestina.
Fatah didirikan oleh beberapa orang, diantaranya mendiang presiden Otoritas Palestina – Yasser Arafat, Khalil al-Wazir dan Salah Khalaf, dan Mahmoud Abbas.
Gerakan ini didasarkan pada perjuangan bersenjata melawan Israel untuk membebaskan Palestina.
Sayap militer utama kelompok ini adalah al-Asifah atau Badai. Pejuang Al-Asifah berbasis di beberapa negara Arab serta di Tepi Barat dan Gaza.
Perjuangan bersenjata kelompok Fatah melawan pendudukan Israel dimulai pada tahun 1965. Sebagian besar operasi bersenjatanya dilakukan dari Yordania dan Lebanon.
Di bawah Yasser Arafat, dan setelah Perang Arab-Israel 1967, Fatah menjadi partai dominan di Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang terdiri dari banyak partai politik Palestina.
PLO dibentuk pada tahun 1964 dengan tujuan untuk membebaskan Palestina, dan saat ini bertindak sebagai wakil rakyat Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Setelah diusir dari Yordania dan Lebanon pada tahun 1970-an dan 1980-an, gerakan ini mengalami perubahan mendasar dan memilih untuk bernegosiasi dengan Israel.
Pada tahun 1990-an, PLO yang dipimpin Fatah secara resmi menghentikan perlawanan bersenjata dan mendukung Resolusi 242 Dewan Keamanan PBB yang menyerukan untuk membangun negara Palestina di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza, berdampingan dengan negara Israel.
PLO kemudian menandatangani Kesepakatan Oslo, yang mengarah pada pembentukan Otoritas Nasional Palestina atau Otoritas Palestina, sebuah badan pemerintahan otonom sementara yang dimaksudkan untuk mewujudkan Negara Palestina yang merdeka.
– Hamas
Hamas adalah singkatan dari Harakat al-Muqawamah al-Islamiyya atau Gerakan Perlawanan Islam. Kata Hamas berarti semangat.
Gerakan Hamas didirikan di Gaza pada tahun 1987 oleh Sheikh Ahmed Yasin dan ajudannya, Abdul Aziz al-Rantissi.
Hamas berdiri tak lama setelah dimulainya Intifada pertama atau pemberontakan Palestina melawan pendudukan Israel di wilayah Palestina.
Gerakan ini dimulai sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin di Mesir dan mendirikan sayap militer, Brigade Izzedine al-Qassam, untuk melakukan perjuangan bersenjata melawan Israel.
Hamas mendefinisikan dirinya sebagai “gerakan pembebasan dan perlawanan nasional Islam Palestina”, menggunakan Islam sebagai kerangka acuannya.
Pada tahun 2017, Hamas mengeluarkan dokumen politik yang mengklaim memutuskan hubungan dengan Ikhwanul Muslimin dan mengatakan akan menerima negara Palestina dengan disertai kembalinya pengungsi Palestina.
Hamas menganggap bahwa “pendirian ‘Israel’ sebagai sepenuhnya ilegal” sehingga membedakannya dari PLO.
Hamas memasuki politik Palestina sebagai partai politik pada tahun 2005 ketika terlibat dalam pemilihan lokal, dan menang telak dalam pemilihan parlemen pada 2006, mengalahkan Fatah.
Tujuan
Meskipun memiliki tujuan mewujudkan Palestina yang mampu menentukan nasibnya sendiri, keduanya memiliki gagasan berbeda tentang bagaimana cara mencapai tujuan ini.
Setelah melancarkan perang gerilya di Israel, Fatah akhirnya menjadi pendukung utama perundingan damai.
Sejak itu mereka mendukung solusi dua negara dengan Yerusalem sebagai ibu kota bersama.
Sebaliknya, Hamas tidak mengakui hak Israel untuk hidup dan menyerukan penghancuran Israel dan pembentukan negara Palestina yang tidak memasukkan Israel.
Strategi
Perbedaan terbesar antara kedua gerakan ini adalah sikap mereka terhadap Israel.
Hamas berpegang teguh untuk menggunakan perlawanan bersenjata, sedangkan Fatah memilih bernegosiasi dengan Israel dan sepenuhnya mengesampingkan penggunaan kekerasan.
Kesepakatan Oslo memberi Israel kendali penuh atas ekonomi Palestina serta masalah sipil dan keamanan di lebih dari 60 persen Tepi Barat.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Otoritas Palestina harus berkoordinasi dengan pendudukan Israel atas keamanan dan setiap serangan perlawanan bersenjata yang direncanakan terhadap Israel.
Hal ini dipandang sangat kontroversial dan Otoritas Palestina dianggap berkolaborasi dengan pendudukan Israel.
Cara Menggalang Dukungan
Daya tarik Hamas terletak pada ideologinya, sedangkan Fatah dianggap lebih mendapat dukungan internasional dan lebih mapan secara finansial.
Dalam mengumpulkan dukungan, keduanya menggunakan taktik yang sangat berbeda.
Hamas, seperti Ikhwanul Muslimin, menggunakan aktivisme akar rumput untuk menyebarkan ideologinya di tempat-tempat seperti masjid dan universitas.
Fatah, di sisi lain, tidak melakukan aktivitas seperti itu dan lebih mengandalkan dukungan finansial untuk mendapatkan pengikut.
Klasifikasi Organisasi Teroris
Meskipun berperang secara militer melawan Israel selama beberapa dekade, Fatah tidak diklasifikasikan sebagai organisasi teroris.
Namun, departemen luar negeri AS mengklasifikasikan Organisasi Abu Nidal dan Brigade Syuhada Al-Aqsa, yang keduanya mengklaim memiliki hubungan dengan Fatah, sebagai kelompok teroris.
Di lain sisi, Hamas diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, Israel, dan Uni Eropa.
Ringkasan
Fatah dan Hamas adalah dua gerakan politik utama Palestina.
Sementara sama-sama berjuang untuk kemerdekaan dari kekuatan pendudukan Israel, keduanya memiliki kebijakan dan perspektif sangat berbeda. Berikut adalah ringkasannya.
- Fatah dibentuk pada 1950-an sedangkan Hamas pada tahun 1987.
- Fatah adalah kelompok sekuler dan moderat yang terikat oleh kepentingan Israel melalui Kesepakatan Oslo, sedangkan Hamas adalah kelompok religius (terutama Sunni) yang dicap sebagai organisasi teroris.
- Fatah mendukung solusi dua negara serta kemungkinan rekonsiliasi dengan Israel sementara Hamas menolak solusi dua negara dan menginginkan penghancuran Israel.
- Fatah menginginkan berdirinya Negara Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, sementara Hamas menginginkan Negara Palestina yang meliputi Tepi Barat, Jalur Gaza, Yerusalem dan Israel.
- Brigade Fatah tidak begitu agresif dan terikat pada perjanjian gencatan senjata tidak resmi sejak 2005 sementara sayap bersenjata Hamas terus menembakkan roket ke Israel meskipun terdapat gencatan senjata.
- Fatah adalah partai politik yang memiliki milisi yang berafiliasi, sedangkan Hamas dianggap sebagai organisasi teroris.
Fatah selalu menjadi partai terkemuka di Palestina tetapi Hamas mampu memenangkan pemilu tahun 2006.
Pada 2007, kedua kelompok itu membentuk pemerintahan persatuan bersama.
Namun, konflik internal antara kedua faksi tersebut menyebabkan apa yang disebut sebagai Perang Saudara Palestina.[]