Istilah racun dan bisa sering dipertukarkan, tetapi sebenarnya memiliki arti yang sangat berbeda.
Cara toksin dikirim atau digunakan adalah yang membedakan di antara keduanya.
Agar bekerja, racun harus diserap atau ditelan. Hewan beracun hanya dapat mengirimkan bahan kimia beracun jika hewan lain menyentuh atau memakannya.
Bisa, di sisi lain, harus disuntikkan. Setiap hewan berbisa memiliki mekanisme (misalnya: taring, penyengat, dll.) untuk menyuntikkan bisa ke tubuh korbannya.
Hewan berbisa dan beracun sama-sama menggunakan toksin untuk mempertahankan diri atau menaklukkan mangsa.
Toksin adalah zat yang menyebabkan efek fisiologis berbahaya dan substansial dalam dosis kecil.
Apa itu Hewan Beracun?
Racun adalah toksin yang masuk ke dalam tubuh korban akibat ditelan, dihirup atau diserap melalui kulit.
Hewan beracun cenderung bersifat pasif-agresif. Mereka sering tidak aktif menyerang mangsanya, tetapi melepaskan toksin karena dimakan, disentuh, atau diganggu.
Saat tertelan oleh predator, toksin akan menyebar ke seluruh tubuh dengan cepat, menyebabkan kesakitan sementara atau kematian, tergantung pada jenis toksin dan dosisnya.
Ikan buntal, misalnya, sangat mematikan karena memiliki neurotoxin di kulit dan organnya yang lebih beracun daripada sianida.
Banyak hewan beracun tidak memproduksi toksin sendiri, melainkan mengumpulkan dari sumber di lingkungannya.
Ikan buntal, misalnya, mendapatkan tetrodotoxin dari bakteri laut.
Contoh lain, sebagai ulat, kupu-kupu raja memakan tanaman milkweed beracun yang memberi rasa pahit saat hendak dimangsa predator.
Warna yang cerah biasanya juga menjadi ciri dari satwa liar beracun, terutama berbagai katak beracun berwarna cerah yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan.
Katak beracun mengandung berbagai macam neurotoxic alkaloid yang memiliki efek berkisar dari rasa yang tidak enak hingga sangat mematikan.
Salah satu hewan paling beracun, katak racun emas Kolombia (Phyllobates terribilis), mengumpulkan batrachotoxin yang kemungkinan berasal dari kumbang kecil yang dimakannya dan mengeluarkannya dari kelenjar di kulit.
Satu hewan ini bisa menghasilkan cukup racun untuk membunuh beberapa orang.
Apa itu Hewan Berbisa?
Bisa adalah jenis toksin khusus yang telah berevolusi untuk tujuan tertentu.
Bisa secara aktif disuntikkan melalui gigitan atau sengatan.
Karena memiliki campuran molekul kecil dan besar, bisa membutuhkan luka untuk dapat masuk ke dalam tubuh, untuk kemudian mengalir dalam aliran darah agar menjadi efektif.
Karena itulah, hewan berbisa lebih aktif dalam mempertahankan diri.
Ular taipan, yang menyuntikkan toksin melalui gigi seperti jarum suntik, adalah hewan berbisa.
Begitu pula dengan ubur-ubur yang menyuntikkan racun saat disentuh menggunakan struktur mirip tombak berisi racun yang keluar dari sel di sepanjang tentakelnya.
Selain itu, laba-laba tertentu umumnya juga berbisa. Begitu pula dengan beberapa jenis kadal.
Kekuatan bisa kadal berkisar dari yang relatif ringan, seperti monster Gila (Heloderma suspectum) dan berbagai spesies iguana, hingga racun dan bakteri yang disuntikkan komodo (Varanus komodoensis) ke mangsanya.
Contoh lain, hewan seperti lebah, semut, dan tawon juga berbisa meskipun tidak memiliki taring.
Platypus (Ornithorhynchus anatinus) mungkin adalah mamalia berbisa yang paling terkenal.
Platypus jantan memiliki taji seperti taring di sisi dalam setiap pergelangan kaki yang terhubung ke kelenjar racun yang terletak di atas paha.
Taji dapat digunakan untuk pertahanan, dan racunnya cukup kuat untuk membunuh hewan kecil dan menyebabkan rasa sakit yang hebat pada manusia.
Tumbuhan Beracun dan Berbisa
Selain hewan, terdapat beberapa tumbuhan yang memiliki racun.
Tumbuhan seperti nightshade (Atropa belladonna) dan biji jarak (Ricinus communis) masuk dalam kategori beracun sehingga tidak boleh dikonsumsi.
Selain itu, meskipun tumbuhan tidak memiliki taring, taji, atau penyengat, beberapa diantaranya memiliki struktur serupa yang dapat memindahkan racun ke tubuh korbannya saat bersentuhan.
Salah satu tumbuhan beracun yang paling dikenal adalah poison ivy (Toxicodendron radicans).
Hampir semua bagian tumbuhan ini mengandung urushiol, zat yang menyebabkan peradangan kulit hingga terasa gatal dan menyakitkan.
Di sisi lain, jelatang, kelompok sekitar 80 spesies yang termasuk dalam genus Urtica, mungkin memenuhi syarat sebagai berbisa.
Tumbuhan ini memiliki struktur yang disebut trikoma yang mampu menyengat hewan yang bersentuhan dengannya.
Pada jelatang penyengat (Urtica dioica), trikoma daun dan batang memiliki ujung bulat yang terlepas saat tergesek sehingga memunculkan tabung seperti jarum yang bisa menembus kulit.
Jarum ini menyuntikkan campuran asetilkolin, asam format, histamin, dan serotonin, menyebabkan ruam terbakar yang gatal pada manusia dan hewan lain yang dapat berlangsung hingga 12 jam.
Memang, struktur seperti gigi (atau seperti jarum) ini secara teknis bukanlah taring, tetapi memiliki fungsi pertahanan yang sangat mirip.
Kategori Ketiga: Toxungen
Menjadi jembatan dari kategori beracun dan berbisa, terdapat kategori pengiriman toksin ketiga: toxungen.
Hewan toxungen tidak menyuntikkan racun menggunakan taring atau sengat, tetapi juga tidak menunggu untuk disentuh atau dimakan.
Hewan toxungen dicirikan dengan melontarkan atau menyemprotkan toksin ke penyerangnya.
Sebagai contoh, kumbang bombardier menyemprotkan benzoquinon yang mengiritasi dari perutnya.
Salamander api juga menyemprotkan racun dari kelenjarnya hingga sejauh 30 cm.
Lalu ada pula sigung. Kebanyakan orang tidak menganggap semprotan sigung sebagai beracun.
Tapi anjing atau kucing yang terkena semprotan di wajah bisa mengalami serangan bersin, muntah, kebutaan sementara, dan bahkan kerusakan pada sel darah merah.
Hewan Beracun Sekaligus Berbisa

Dalam kasus yang jarang, terdapat spesies yang beracun dan berbisa pada saat bersamaan.
Ambil contoh ular kobra. Ular ini menggigit dan menyemprotkan toksin yang menyakitkan dan membutakan ke mata dan wajah penyerang.
Kobra bisa menyemprotkan toksin karena memiliki pori-pori pada taringnya.
Perilaku kobra yang seperti ini juga membuatnya menjadi toxungen.
Contoh lain adalah gurita cincin biru. Hewan ini berbisa bila menggigit sekaligus beracun jika tertelan.
Hal ini karena gurita cincin biru memiliki banyak toksin di dalam tubuhnya, dengan yang paling kuat adalah tetrodotoxin.
Apa yang Terjadi jika Menelan Bisa Ular?
Racun dan bisa dirancang untuk menjadi efektif jika digunakan dengan cara yang benar.
Tetapi apa yang akan terjadi jika seseorang meminum bisa (toksin) ular, alih-alih disuntikkan?
Meskipun akan sulit menemukan orang yang bersedia mengikuti eksperimen ini, secara teori, menelan bisa tidak akan mengakibatkan efek berbahaya.
Namun, jika terdapat luka di mulut, bisa mungkin saja akan masuk ke aliran darah sehingga membahayakan.
Mengapa bisa yang tertelan mungkin tidak berbahaya? Karena asam di perut akan memecah bisa seperti protein lain sebelum mencapai aliran darah.
Terlepas dari apakah tertelan atau disuntikkan, opsi teraman adalah mewaspadai potensi makhluk beracun dan berbisa dan mencoba menghindarinya.[]