Pada tahun 1980-an, suatu kondisi yang disebut acquired immunodeficiency syndrome, yang lebih dikenal sebagai AIDS, mulai muncul pada kalangan tertentu di Amerika Serikat.
Awalnya, AIDS disebut sebagai GRID, atau “gay-related immune deficiency,” karena banyak terjadi di antara pria gay.
Pada saat itu, mengalami kondisi ini seperti vonis kematian bagi pasien.
Mereka yang menderita sindrom tersebut mengalami kehilangan fungsi sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat penyakit atau infeksi mudah menghancurkan tubuh.
Karena wabah awal diamati di komunitas gay, kelompok tersebut kemudian menghadapi prasangka, ketakutan, dan stigma yang meluas.
Kesalahpahaman publik menyebabkan AIDS dan virus yang menyebabkannya, human immunodeficiency virus (HIV), disalahartikan sebagai penyakit tunggal atau dianggap sebagai topik yang tabu sama sekali.
Meskipun penelitian selama beberapa dekade telah menghilangkan sebagian bias seputar penyakit ini dan hubungannya dengan komunitas gay, perbedaan yang tepat antara HIV dan AIDS masih belum jelas bagi banyak orang.
HIV adalah Virus
HIV adalah virus yang menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh.
Kekebalan tubuh berfungsi untuk melawan penyakit dan terdiri dari berbagai sel dan protein khusus, seperti antibodi.
Secara keseluruhan, sistem kekebalan tubuh bekerja sama untuk melawan bakteri, virus, dan agen lain yang menyebabkan penyakit.
Istilah HIV merupakan singkatan dari human immunodeficiency virus.
Nama virus mengartikan bahwa hanya manusia yang dapat tertular, dengan virus menyerang sistem kekebalan tubuh.
Akibatnya, sistem kekebalan tubuh tidak dapat bekerja seefektif yang seharusnya.
Pada kondisi normal, sistem kekebalan tubuh dapat membersihkan virus dan patogen lain dari tubuh, tetapi tidak demikian halnya dengan orang yang terinfeksi HIV.
Namun saat ini, obat-obatan sudah mampu mengendalikan HIV dengan sangat baik sehingga memperlambat perkembangannya.
AIDS adalah Suatu Kondisi
Sementara HIV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi, AIDS (singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kondisi yang disebabkannya.
Orang yang terinfeksi HIV jika tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kondisinya berkembang menjadi AIDS.
AIDS, atau HIV stadium 3, berkembang ketika HIV telah menyebabkan kerusakan serius pada sistem kekebalan tubuh.
AIDS adalah kondisi yang kompleks dengan gejala yang bervariasi untuk tiap orangnya.
Gejala HIV stadium 3 umumnya terkait dengan infeksi yang terjadi akibat dari sistem kekebalan yang rusak sehingga tidak bisa melindungi tubuh.
Dikenal secara kolektif sebagai infeksi oportunistik, infeksi yang sering terjadi meliputi tuberkulosis, pneumonia, dan lain-lain.
Jenis kanker tertentu juga menjadi lebih mungkin terjadi ketika sistem kekebalan bekerja kurang efektif.
Kepatuhan terhadap terapi antiretroviral dapat mencegah HIV berkembang menjadi stadium 3.
Mendiagnosis HIV
HIV didiagnosis melalui tes HIV.
Seseorang yang telah terinfeksi virus dianggap sebagai HIV positif.
Jika tidak terdapat bukti infeksi, maka hasil tes akan dilabeli HIV negatif.
Terdapat kemungkinan seseorang yang tadinya memiliki hasil tes HIV negatif menjadi HIV positif karena terjadi infeksi baru.
Namun, cara mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV relatif sederhana yaitu apakah tidak terinfeksi (negatif) atau terinfeksi (positif).
HIV Tidak Selalu Berarti AIDS
Tidak semua orang dengan HIV akan berarti mengalami AIDS.
Faktanya, seiring dengan kemajuan teknologi pengobatan, semakin sedikit orang HIV-positif yang akan berkembang menjadi AIDS.
Hal ini karena virus umumnya bisa dikendalikan dengan pengobatan yang tepat.
Ketika perkembangan virus berhasil ditekan, seseorang mungkin tidak pernah menjadi kekurangan kekebalan sehingga tidak mengalami AIDS.
Sebaliknya, sementara seseorang dapat terinfeksi HIV tanpa mengalami AIDS, siapa pun yang didiagnosis dengan AIDS pasti terinfeksi HIV.
Karena tidak ada obat yang bisa membunuhnya, infeksi HIV tidak pernah hilang, bahkan jika AIDS tidak pernah berkembang.
HIV dapat Ditularkan dari Orang ke Orang
HIV adalah virus dan bisa ditularkan dari orang ke orang seperti kebanyakan virus lainnya.
AIDS, di sisi lain, adalah suatu kondisi yang dialami seseorang hanya setelah tertular HIV.
Virus HIV ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui pertukaran cairan tubuh.
Paling umum, HIV ditularkan melalui hubungan seks tanpa kondom atau hubungan seks yang tidak aman.
Selain itu, menggunakan jarum suntik bersama yang biasanya dilakukan oleh pecandu narkoba juga menjadi pintu masuk penularan terbesar.
Dalam kasus yang jarang, seorang ibu dapat menularkan virus ke anak mereka selama kehamilan.
HIV Tidak Selalu Menimbulkan Gejala
HIV biasanya menyebabkan gejala seperti flu sekitar dua sampai empat minggu setelah penularan.
Periode waktu yang singkat ini disebut infeksi akut. Sistem kekebalan tubuh mampu mengendalikan infeksi yang kemudian mengarah ke periode latensi.
Periode latensi berarti sistem kekebalan tidak dapat sepenuhnya menghilangkan HIV, tetapi dapat mengendalikannya untuk waktu yang lama.
Selama periode laten ini, yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun, seseorang dengan HIV mungkin tidak mengalami gejala sama sekali.
Namun, tanpa terapi antiretroviral, orang tersebut dapat mengembangkan AIDS dan sebagai akibatnya akan mengalami banyak gejala yang terkait dengan kondisi tersebut.
Diagnosis AIDS Lebih Rumit
AIDS adalah infeksi HIV stadium akhir. Dibutuhkan beberapa faktor untuk menentukan apakah latensi HIV telah berkembang menjadi HIV stadium 3.
Seseorang dikatakan mengidap AIDS sebagai lawan dari hanya menjadi HIV positif ketika memenuhi dua kriteria.
Pertama, pasien harus mengalami infeksi HIV. Kedua, pasien memiliki salah satu kelompok penyakit tertentu yang ditetapkan sebagai infeksi oportunistik ATAU jumlah jenis sel tertentu dalam sistem kekebalannya harus turun di bawah tingkat tertentu.
Karena HIV menghancurkan sel kekebalan yang disebut sel CD4, salah satu cara mendiagnosis AIDS adalah dengan menghitung sel tersebut.
Seseorang tanpa HIV dapat memiliki 500 hingga 1.200 sel CD4/mm³. Ketika sel telah turun menjadi 200/mm³, seseorang dengan HIV dianggap mengalami HIV stadium 3.
Faktor lain yang menandakan bahwa HIV stadium 3 telah berkembang adalah adanya infeksi oportunistik.
Infeksi oportunistik adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, jamur, atau bakteri yang tidak akan membuat seseorang dengan sistem kekebalan yang baik menjadi sakit.
Pada orang yang mengalami AIDS, infeksi tersebut akan menyebabkan sakit karena sistem kekebalan tubuhnya yang melemah.
Beberapa penyakit yang dianggap sebagai infeksi oportunistik untuk tujuan diagnosis AIDS, antara lain:
- Kandidiasis (infeksi jamur) pada tenggorokan dan paru-paru
- Kanker serviks invasif
- Infeksi jamur yang disebabkan oleh Cryptococcus atau Coccidioides
- Infeksi otak terkait HIV
- Sarkoma Kaposi
Pengobatan dan Harapan Hidup
Jika HIV berkembang menjadi HIV stadium 3, harapan hidup akan turun secara signifikan.
Sulit untuk memperbaiki kerusakan pada sistem kekebalan tubuh pada fase ini.
Infeksi dan kondisi lain, seperti kanker tertentu, akan sering terjadi akibat penurunan sistem kekebalan yang parah.
Namun, dengan terapi antiretroviral dan beberapa metode pemulihan sistem kekebalan, banyak orang dengan HIV stadium 3 berumur panjang.
Dengan perkembangan pengobatan infeksi HIV saat ini, orang dapat hidup dengan HIV dan tidak pernah mengembangkan AIDS.
Penting juga untuk dicatat bahwa pengobatan antiretroviral bisa menurunkan risiko penularan virus ke pasangan.[]