Exchange-traded funds (ETF) dan reksadana memiliki banyak kemiripan karena memberikan investor kemampuan untuk melakukan diversifikasi pada portofolio investasi mereka.
Perbedaan tentang bagaimana kedua jenis investasi ini diperdagangkan dapat memengaruhi hasil dan keuntungan modal (capital gain).
Lantas apa perbedaan antara ETF dengan reksadana? Artikel ini akan menjelaskannya.
Perbedaan ETF vs. Reksadana
1. Cara Mengelola
Reksadana tradisional dan ETF pada dasarnya adalah kumpulan dana terkelola dimana investor bisa membeli penyertaan.
Banyak reksadana tradisional dikelola secara aktif, yang berarti manager investasi mengelola dan memutuskan dimana dana hendak diinvestasikan apakah ke saham, obligasi, atau campuran.
Namun, terdapat jenis reksadana lain yang dikelola secara pasif dan disebut sebagai reksadana indeks.
Reksadana seperti ini mengikuti indeks tertentu, seperti IHSG, IDX30, JII, alih-alih dikelola secara aktif oleh manager investasi.
Di sisi lain, sebagian besar ETF juga dikelola secara pasif dan mengikuti indeks.
Reksadana yang dikelola secara aktif mungkin mampu mengungguli ETF dalam jangka pendek.
Namun dalam jangka panjang, setelah memperhitungkan akumulasi biaya, reksadana yang dikelola secara aktif sering kali menghasilkan keuntungan yang lebih rendah dibandingkan dengan ETF.
2. Rasio Biaya
Rasio biaya menunjukkan banyaknya biaya yang harus dibayar investor setiap tahun untuk memiliki dana dan dinyatakan dalam persentase.
ETF yang dikelola secara pasif biasanya memiliki biaya yang relatif rendah.
Sebagai contoh di Amerika, rasio biaya tahunan rata-rata untuk dana yang dikelola secara aktif adalah 0,67%, dibandingkan dengan rata-rata 0,15% untuk dana yang dikelola secara pasif, seperti kebanyakan ETF.
Rasio biaya 0,15% berarti investor hanya perlu membayar Rp. 1500 setiap tahun untuk setiap 1 juta dana yang diinvestasikan.
Namun jangan berasumsi bahwa ETF selalu merupakan opsi termurah.
Ada baiknya untuk selalu membandingkan ETF dan reksadana saat mempertimbangkan opsi investasi yang hendak dipilih.
3. Cara Reksadana dan ETF Diperdagangkan
ETF biasanya menyesuaikan atau melacak indeks dan diperdagangkan sepanjang hari seperti saham, dengan harga ditentukan berdasarkan penawaran dan permintaan.
Di sisi lain, reksadana tradisional, bahkan yang berdasarkan indeks, diperdagangkan dengan harga pada akhir setiap hari perdagangan.
Struktur perdagangan ETF yang mirip saham juga berarti bahwa ketika membeli atau menjual, investor mungkin harus membayar komisi.
Namun, praktik ini menjadi semakin tidak umum karena semakin banyak broker besar yang menghilangkan komisi ETF, saham, atau perdagangan opsi.
Hanya saja, penting untuk diingat bahwa sebagian besar broker masih meminta investor untuk memegang ETF selama beberapa hari agar terhindar dari biaya.
Itu sebab, ETF biasanya tidak ditujukan sebagai instrumen day-trading (dibeli dan dijual pada hari yang sama).
4. Pajak yang Dikenakan
Karena cara pengelolaannya, ETF biasanya lebih ramah pajak dibanding reksadana.
Ketika membeli ETF, investor tidak akan membayar pajak capital gain kecuali saham tersebut pada akhirnya dijual untuk mendapatkan keuntungan.
Reksadana, di sisi lain, memiliki struktur yang cenderung memunculkan pajak capital gain yang lebih tinggi.
Karena dikelola secara aktif, aset dalam reksadana sering dibeli dan dijual kembali.
Jika ini dilakukan untuk merealisasikan keuntungan, pajak capital gain akan dibebankan ke semua investor yang memiliki saham dalam suatu reksadana.
Mana Pilihan yang Tepat untuk Beriventasi?
Memahami perbedaan antara ETF dan reksadana bisa membantu dalam memutuskan mana pilihan yang terbaik.
Pilih ETF pada kasus berikut:
> Mengejar efisiensi pajak
Jika berinvestasi di akun pialang kena pajak, memiliki kontrol lebih besar atas distribusi capital gain akan menjadi faktor penting.
Selain itu, saat berinvestasi dalam akun pensiun yang memiliki manfaat pajak, efisiensi pajak adalah hal yang akan memberi keuntungan besar.
Di poin-poin inilah ETF memiliki keunggulan dibandingkan reksadana.
> Trader aktif
Investor yang gemar menggunakan limit order dan stop-limit order atau menggunakan margin dalam strategi investasi akan lebih cocok memilih ETF.
Semua pilihan tersebut tersedia karena ETF diperdagangkan seperti halnya saham, sebuah fitur yang tidak dimiliki reksadana.
> Ingin mendapatkan biaya rendah tanpa keharusan meneliti masing-masing perusahaan
Meskipun tujuan ini bisa pula diperoleh melalui reksadana, namun reksadana seringkali kurang efisien dalam hal pajak dan dikelola secara aktif sehingga meningkatkan biaya.
> Berencana berganti broker di masa mendatang
ETF mudah ditransfer antar broker. Di reksadana, investor biasanya harus menutup posisi (menjual semua) reksadana sebelum bisa berganti broker.
Setelah menjual, investor kemudian harus menginvestasikan kembali hasilnya ke reksadana yang ditawarkan oleh broker baru.
Pilih reksadana pada kasus berikut:
> ETF yang diincar tidak diperdagangkan secara aktif
ETF yang memiliki likuiditas terbatas dapat menghasilkan bid/ask spread yang besar.
Sebaliknya, reksadana selalu dihargai dengan nilai aset bersih (net aset value).
> Ingin mencoba untuk mengungguli pasar
Meskipun terdapat ETF yang dikelola secara aktif, namun jumlahnya amat sedikit.
Kebanyakan ETF dikelola dengan mendasarkan pada indeks sehingga dianggap memiliki performa yang setara dengan performa pasar.
Itu sebab, untuk memiliki peluang mengungguli indeks, investasi harus dikelola secara aktif.
Namun, perlu diingat bahwa dana yang dikelola secara aktif biasanya memiliki biaya yang lebih tinggi dan implikasi pajak yang lebih tinggi pula.
Selain itu, tidak ada jaminan dana yang dikelola secara aktif akan memiliki kinerja lebih baik dibanding pasar.
> Berinvestasi di pasar yang kurang efisien
Dana yang dikelola secara aktif memiliki potensi terbaik untuk unggul pada pasar yang kurang efisien.
Pasar yang memperdagangkan saham berkapitalisasi besar sering dijuluki sebagai pasar yang sangat efisien.
Namun, sektor dengan volume perdagangan yang lebih sedikit (pasar tidak efisien) memiliki lebih banyak potensi untuk mendapatkan keuntungan dari strategi pengelolaan aktif.
Persamaan antara ETF dan Reksadana
Disamping perbedaan yang telah dibahas sebelumnya, ETF dan reksadana juga memiliki beberapa persamaan. Berikut diantaranya:
- Keduanya mengumpulkan uang dari investor untuk kemudian diivestasikan ke dalam berbagai efek (sekuritas) seperti saham, obligasi atau campuran.
- Pada keduanya terdapat manager investasi yang bertugas mengawasi portofolio untuk memastikan terpenuhinya tujuan investasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
- Keduanya bisa dikelola secara pasif (melacak indeks pasar) atau dikelola secara aktif untuk berusaha mengungguli pasar (manajemen aktif).
- Keduanya memiliki biaya yang harus dibayarkan pada pengelola. Besar biaya ini biasanya dinyatakan dalam persentase dan disebut sebagai rasio biaya.
Kesimpulan
Jadi, mana lebih baik antara reksadana atau ETF? Jawabannya akan tergantung pada tujuan investasi setiap individu.
Saat membandingkan reksadana indeks dan ETF yang melacak indeks acuan yang sama, instrumen yang memiliki rasio biaya terendah umumnya merupakan pilihan lebih baik.
Namun, investor tidak boleh berasumsi bahwa suatu investasi berbiaya rendah. Dianjurkan untuk selalu meneliti semua potensi biaya yang mungkin ditimbulkannya.
Dalam konteks untuk membangun portofolio yang terdiversifikasi, reksadana dan ETF dapat saling melengkapi.
Apa pun pilihannya, pastikan agar investasi terdiversifikasi dengan baik dan sesuai dengan toleransi risiko serta tujuan investasi yang sudah ditetapkan sebelumnya.[]